Pasanggiri Seni Musik, Tari, Teater: Ajang Lahirkan Kreator Baru

BUDAYA18 views
Tampilan Seni Tari Berjudul Bebegig dari Kab. Ciamis. | ASTRI PUSPITASARI/”KP”

TASIKMALAYA, (KP).-
Membalut khasanah budaya yang begitu beragam di Jawa Barat dalam sebuah pertunjukan
memang menjadi harmonisasi yang pas untuk dinikmati. 18 tampilan seni yang terdiri dari
musik, teater, dan tari, telah memanjakan hasrat berkesenian selama dua hari dalam
kegiatan Pasanggiri tingkat BKPP IV Priangan Timur 2016 ini.

Utusan terbaik dari Kab. Pangandaran menjadi awal yang manis di ajang yang ketiga kalinya
digelar Dinas Kebudayaan Prov. Jawa Barat ini. Tarian gemulai berjudul Galura Sagala
membius apresiator yang memenuhi Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya, Rabu malam (11/5/2016).

Lewat geraktubuh ini mereka coba menceritakan bagaimana peristiwa tsunami tahun 2006
silam meluluhlantahkan kehidupan mereka. Simbol laut yang berwarna biru dan putih,
ditambah sayup suara ombak, adalah tarian pembuka yang disajikan mereka.

Hancurnya kondisi saat itu, hingga kebangkitan masyarakat melanjutkan hidup seusai
Tsunami pun dihadirkan oleh dua puluh orang penari tersebut yang berada di bawah
tanggungjawab Iing.

Gerakan yang lebih energik dan ritme musik yang cenderung cepat dihadirkan perwakilan
Ciamis dengan tarian bebegig-nya. Pun dengan Kab. Banjar yang memilih Gemuruh Rasa
sebagai judul tariannya, dimana menceritakan tentang Kerajaan Galuh.

Juga, tak kalah memukau tarian mustika asal Kota Tasikmalaya yang berhasil menjadi juara
pertama di ajang kali ini.

Kabid Kesenian dan Perfilman Dinas Kebudayaan Prov. Jabar Edi Setiawan mengatakan jika
dalam pasanggiri bentuk upaya pihaknya menyegarkan kekayaan seni yang ada, dengan
membiarkan para penggiat seni tersebut untuk bebas mengeksplorasinya.

“Hasilnya dari tahun ke tahun, cukup membuat bangga. Karena semakin banyak penggiatnya
yang berasal dari kalangan muda, ini apresiasi luar biasa terhadap kekayaan budaya,” tutur
dia. Terlihat dari para penampil, tampak karya-karya seni baru yang diciptakan dan
mengandung makna bagi daerahnya.

Kota Tasikmalaya juga berkesempatan kali kedua menjadi tuan rumah di agenda penyisihan
enam wilayah ini. Dia menilai karena geliat seni di Kota Tasikmalaya begitu terasa dan juga
didukung dengan fasilitas yang sangat memadai. Bentuk apresiasinya inilah yang coba
mereka tunjukkan.

Lahir lebih banyak kreator lagi, merupakan harapan besar dari ajang pasanggiri yang akan
berlanjut hingga tingkat Provinsi di akhir Mei nanti.

Kota Tasikmalaya sendiri berhasil menorehkan prestasi sebagai penyaji terbaik pertama di
seni tari, yang kemudian diikuti Kab. Garut dan Kab. Pangandaran di posisi kedua dan ketiga.
Sedangkan, seni teater terbaik pertama diraih Kab. Ciamis. Kab. Tasikmalaya menjadi penyaji
kedua, dan Kab. Pangandaran ketiga.Untuk seni musik, Kota Banjar menduduki penyaji
terbaik pertama. Posisi penyaji kedua dan ketiga dipegang Kab. Tasikmalaya dan Kab.
Pangandaran.

Perwakilan dewan juri mengapresiasi seluruh penampilan terbaik tersebut, karena menurut
dia misalnya saja di seni musik dia lihat ada banyak aspek kreasi yang begitu segar. “Ke
depan, ya konsepsi musikal jangan sampai terlupakan, dan lebih penting bunyi itu bagaimana
kita racik bisa menjadi sesuatu yang enak dinikmati di atas pentas,” kata Lili. Kesolidan dari
penggiat seni dalam menampilkan juga menjadi penting, terutama dalam seni tari.

Ketua Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya Bode Riswandi menyatakan pasanggiri seni tari,
musik, dan teater memang perlu diadakan. “Karena ini kaitannya dengan pengembangan
potensi gairah berkesenian di wilayah, dan lagi media pencarian bibit unggul yang ekspresif,”
kata dia.

Pihaknya mengaku senang bisa dipercayai kedua kalinya menjadi tuan rumah. Hal tersebut
dinilai sebagai penanda bahwa Kota TAsikmalaya menyimpan banyak potensi SDM. Selain
juga ini kerja cerdas para seniman Tasikmalaya. Kesuksesan penyelenggaran itu juga menurutnya, tidak terlepas dari campur tangan pemerintah khususnya Disbudparpora Kota Tasikmalaya dan Pemkot, dengan wujud perhatiannya melalui penyediaan saran dan prasarana GKKT yang dinilai menjadi poin emas. (Astri Puspitasari)***