Pedasnya Makaroni Tasik Mampu Dulang Omzet Lebih dari 30 juta Per Hari di Ibukota

EKBIS48 views
Antrian konsumen di sebuah outlet Makaroni Ngehe, menjadi petanda jika camilan satu ini digandrungi.

TASIKMALAYA, (KAPOL)-.

Padatnya kompetisi di dunia usaha, menuntut para pelakunya untuk memiliki ide-ide segar yang kreatif. Bisnis hari ini tak bisa lagi hanya sekadar mengandalkan produk yang baik semata.

Itu juga yang dibuktikan pengusaha muda sukses asal Tasikmalaya, Ali Muharam, hanya dengan bermodalkan uang pinjam sebesar 20 juta di awal dan usungan konsep unik, membuat anak muda ini sekarang mampu mengantongi omzet berkisar 30 juta, bahkan lebih, setiap harinya. Hal tersebut berhasil direnggutnya melalui sebuah camilan yang diberi brand cukup nyeleneh, yakni makaroni ngehe.

“Iya, kami jual makaroni. Tapi sebetulnya itu, bukan makaroninya yang utama ditawarkan di sini. Melainkan, ada sebuah konsep experience sebagai daya tariknya, dan itulah keunikan serta diferensiasi dari yang mungkin pernah ada sebelumnya,” jelas Ali, penggagas ide sekaligus pemiliknya ini kepada “KAPOL”, Rabu (9/12/2015).

Alumnus SMA Negeri 3 Tasikmalaya ini mengatakan, di awal kemunculannya respon pasar pun terbilang unik dan tidak sesuai ekspektasinya. Untuk sampai, di titik ini, ditambahkan Ali, butuh perjuangan yang tidak sekejap.

“Ada yang lucu, jadi mereka itu ketika melewati outlet kami, memang sih berhenti. Tapi, bukan untuk membeli makaroni. Tahu apa? Untuk sekadar mengambil gambar saja, haha. Karena kan, mereka semua justru penasaran, apaan sih itu, kok namanya aja kan tengil banget, dan semacam itulah,” kenang Ali sambil tertawa.

Jadilah, satu bulan pertama, hanya sebesar 300 ribu rupiah yang tiap harinya bisa dia kantongi. Di bulan kedua pun hanya sekitar 400 ribu rupiah saja. Kemudian, baru bisa melonjak signifikan di bulan tiga dan selanjutnya. Hingga akhirnya kini, setidaknya 3 – 5 juta yang dia dapat per hari, dari satu outlet. Jumlah outlet pun sekurangnya ada 14, tersebar di Jakarta, Bogor, Yogyakarta, dan Tasikmalaya.

Berbeda dengan warga Tasikmalaya, yang masih belum terlalu akrab dengan Makaroni Ngehe. Di Ibukota Jakarta, sejak tahun 2013 silam, setiap harinya dari berbagai kalangan rela antri di banyak outlet, demi bisa menikmati ladanya camilan satu itu.

Warga asli Panunutan Paseh ini mengatakan, jika dirinya meyakini tempat domisilinya sekarang di Ibukota menjadi salah satu faktor pendukung kenapa makaroni ini bisa demikian jadi tren-nya. “Kalau langsung di daerah lain pertamanya, saya kira Ngehe tidak akan semeledak sekarang. Kekuatan ibukota yang bisa jadi kiblat segala tren ini memang harus diakui. Ketika di Jakarta happening, otomatis di daerah lainnya pun demikian, efek influence-nya luar biasa besar,” ujar dia.

Pembukaan outlet di Tasikmalaya tepatnya di Jalan Siliwangi, sebulan lalu juga, dinilainya karena dari kota ini ada geliat permintaan untuk pembelian online cukup tinggi. Ditambah lagi, fakta makaroni ini aslinya pun dari Tasikmalaya. Sehingga .dia ingin Ngehe mampu melejit tak hanya di daerah lain, namun juga di daerah asalnya.

Sebab, awalnya, diceritakan Ali, ide utama bisnis ini, selain menyambung hidup, juga untuk mewujudkan impian sang Ibu. Sekitar tahun 1993, di masa kecilnya itu. Ibunya setiap Lebaran menyajikan makaroni kering. Tak ayal, keluarga dan tetangga yang mencoba pun begitu menyukainya. “Eh, waktu itu tahun 2000-an, tetangga banyak yang jadi jual. Kata ibu saya dulu, coba aja ya kita dulu ada insting bisnis, mungkin lumayan untuk tambahan keluarga, ini sih motivasi terbesar,” kata dia. (Astri Puspitasari)***

Komentar