SINGAPARNA, (KAPOL).- Sejarah adalah sebuah refleksi yang akan terulang tanpa kita sadari. Sejarah akan memberikan pelajaran, karena bukan hanya sebuah dokumen masa lalu, namun sejarah adalah cermin masa depan yang pada akhirnya akan menjadi panduan jalan dan kesaksian pada generasi saat ini.
Demikian dikatakan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya Drs.H. Abdul Kodir, M.Pd., pada acara Napak Tilas Mengenang Perjalanan Sejarah Tasikmalaya ke-385 dan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia di Monumen Geger Hanjuang Desa Linggamulya Kecamatan Leuwisari, Kamis (20/7/17).
Acara tersebut ditandai dengan pemberian sembako kepada masyarakat yang derada di sekitar Monumen Geger Hanjuang dihadiri oleh Sejumlah Anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya, unsur Muspida, Para Asisten Sekda, para Kepala SKPD dilingkup Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, para Camat, para Kepala Desa, Alim Ulama, dan Tokoh masyarakat setempat.
Lebih lanjut Sekretaris Daerah mengatakan, kita perlu menghayati spirit sebuah monumen yang memancarkan keteguhan hati dan ketetapan bathin untuk menghargai dan mewarisi semangat hidup dan semangat juang para leluhur.
“Kegiatan ini bukan sebuah rutinitas formal saja tetapi mengandung makna sebagai sarana tafakur atas kemahakuasaan Allah SWT yang atas kudrotnya telah menciptakan manusia dari dulu hingga kini, dan sebagai tafakur atas kebesaran Allah SWT yang teatas RahmatNya memberikan pertanda dan isyarat melalui rentang perjalanan manusia dari masa ke masa untuk dijadikan bahan refleksi dan suri tauladan,” ujar Sekretaris Daerah.
Menurut Sekretaris Daerah, setting sosial dari mulai Tawang Galunggung, Sukakerta, Sukapura, Pamijahan, Manonjaya, Tasikmalaya, dan sekarang Singaparna dilalui dengan serentetan peristiwa historis yang sangat unik bergerak searah dengan perkembangan masa kerajaan, masa kolonialisme, masa perjuangan kemerdekaan, dan masa kemerdekaan.
Sekretaris Daerah mengharapkan monumen Geger Hajuang dapat menjadi asset budaya dan asset ilmiah yang dapat terus dikembangkan oleh para intelektual yang peduli dengan warisan sejarah.
“Para ahli sejarah dapat meneliti nilai historis yang terkandung dalam rangkaian benda-benda bersejarah yang ada. Di dalamnya tersimpan mutiara hikmah yang bisa dijadikan bekal untuk senantiasa bergerak dan bertindak dalam kehidupan masyarakat, beragama, berbangsa, dan bernegara, “imbuh sekretaris Daerah.
Pada kesempatan tersebut Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan dan Hukum, Drs.Roni Ahmad Sahroni, M.M memaparkan riwayat singkat tentang Prasasti Geger Hanjuang. Prasasti tersebut merupakan prasasti ke-10 yang ditemukan di Jawa Barat, ditemukan oleh K.F.Holle kira-kira pada tahun 1877, kemudian dibawa dan disimpan oleh DR.Krom pada tahun 1914, kini masih terpelihara dan disimpan di Musium Pusat Jakarta dengan Nomor Inventaris D.26.
Pembacaan yang pertama dilakukan oleh K.F.Holle dan hasil bacaannya ditulis dengan judul Beskcheeven Steen Uit Afdeeling Tasikmalaya Residenties Preanger, TBG 24, 1877 halaman 586, kemudian koreksi C.M.Pleyte pada tulisannya Het Jaartal Op Den Batoe Toelis Nabij Buitenzorg, TBG. 53, 1911, dan akhirnya koreksi Drs. Saleh Danasasmita serta Drs. Atja yang untuk kedua kalinya.
Hasil bacaannya menjadi ; “Tra Ba I Gunna Apuy Nas Ta Gomati Sakakala Ru Mata K Disusu (K) Ku Batari Hyang Pun”, Tra Ba I Gunna Apuy Nas Ta Gomati Sakakala artinya tanggal 13 bulan Badrapada tahun 1003 Saka, Ru Mata K Disusu (K) Ku Batari Hyang Pun artinya rumatak (maksudnya rumatak) nama sebuah tempat di Galunggung disusuk oleh Batari Hyang, tanggal 13 Badrapada Saka setelah dihitung sama dengan 21 Agustus 1111 Masehi, yang dimaksud Rumatak ialah nama sebuah tempat di Desa Linggawangi dan selain itu ada tempat yang diberi nama Saung Gede yang dalam sejarah disebut Saung Galah artinya Keraton, letaknya tidak jauh dari Kabuyutan Sanghyang, linggawangi adalah sebuah kabuyutan yang dianggap sakral pada jamannya. (Imam Mudofar/Diskominfo)