Pengrajin Batok Kelapa di Sariwangi, Butuh Perhatian Pemerintah

EKBIS42 views

SARIWANGI, (KAPOL).- Batok atau tempurung kelapa bagi kebanyakan orang merupakan barang yang tak berharga. Kerap dibuang karena tak memiliki manfaat apa-apa.

Namun tidak bagi M. Nasrulloh Nur. Di tangan warga Kampung Peuteuyjaya Desa Jayaratu Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya ini batok kalapa bisa disulap jadi barang berharga.

Berbekal peralatan sederhana, pria yang akrab disapa Anas ini berhasil mengolah limbah batok kalapa jadi aneka ragam souvenir antik dan menarik yang memiliki harga jual.

“Awalnya lihat banyak sekali limbah tempurung kelapa berserakan. Saya pun tertarik dan berpikir untuk memanfaatkan limbah itu jadi barang berharga,” kata Anas, Selasa (2/1/2017).

Dengan Ilmu Dasar Keterampilan yang didapatnya dari Sekolah Menengah Industri Kerajinan, Anas pun dengan ulet memberanikan diri untuk mengolah limbah tempurung kelapa itu.

Ada yang diolah jadi asbak, gantungan kunci, cincin, lampu hias dan aneka macam kerajinan tangan lainnya. Bahkan hasil kerajinan Anas ini telah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Jakarta, Bekasi, Bali, Bandung dan Tanggerang.

“Harganya bervariasi. Mulai dari lima ribu rupiah sampai ratusan ribu rupiah. Tergantung besar kecilnya dan tingkat kesulitannya saat mengolah,” kata Anas.

Meski demikian, usaha yang digeluti Anas ini bukan berarti tanpa hambatan. Ayah dua orang anak ini mengaku sampai saat ini hasil produktivitasnya itu masih belum maksimal.

Kurangnya modal dan perhatian dari Pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya diakui pria kelahiran 1976 ini jadi penghambat berkembangnya industri kreatif pengolahan limbah tempurung kelapa yang selama ini digelutinya.

“Sulitnya kalau pas lagi ada pemesanan dalam jumlah banyak sering kali tidak terlayani. Karena permodalannya masih minim dan terbatas,” kata Anas.

Anas pun berharap Pemerintah bisa lebih memperhatikan para pengrajin dan seniman di daerah sebagaimana yang ditekuninya selama ini.

Bentuk perhatiannya, kata Anas, bisa berupa sarana dan prasarana serta bantuan modal agar para pengrajin bisa lebih mengembangkan usahanya. (Imam Mudofar)***