SELAMA ini dodol Garut sudah banyak dikenal dan digemari bukan hanya di daerah Garut atau Jawa Barat, tapi sampai ke luar Jawa bahkan luar negeri.
Hal ini dikarenakan kekhasan dodol Garut yang lain dari yang lain sehingga wajar kalau dodol menjadi salah satu ikon Garut.
Salah satu kekhasan yang dimiliki dodol Garut adalah dari segi bahan baku. Tidak sembarang ketan bisa dijadikan bahan baku untuk pembuatan dodol Garut akan tetapi hanya ketan berkualitas super yang juga dihasilkan di Garut yang dijadikan bahan baku.
“Dodol Garut tidak dibuat secara sembarangan dengan menggunakan bahan baku berupa ketan jenis apapaun. Selama ini dodol Garut hanya dibuat dari bahan baku ketan berkualitas super yang juga berasal dari Garut,” ujar salah satu pengusaha dodol Garut, H. Ato Hermanto dalam acara melestarikan makanan khas daerah di rumah makan Pujasega, Selasa (31/10/2017).
Pemilik perusahaan Dodol Picnic Garut ini menyebutkan, akhir-akhir ini para pengusaha dodol Garut termasuk dirinya seringkali mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan baku berupa ketan asli Garut.
Bahkan bukan hanya ketan, bahan baku lainnya pun berupa gula juga seringkali sulit didapatkan.
Kondisi seperti ini menurutnya tentu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pra pengusaha dodol Garut.
Apalagi selama ini dodol Garut bukan hanya sekedar komoditi industri dan bisnis akan tetapi sebuah upaya untuk menjaga kuliner tradisi tetap terjaga mengingat dodol garut yang merupakan salah satu warisan kuliner para leluhur yang masih terjaga hingga saat ini.
Yang lebih disesalkan lagi, tutur Ato, masalah bahan baku ini seolah menjadi permainan distributor. Ia mencontohkan harga gula yang tak bersaing dengan produk dari luar.
“Kami pun mengajak semua instansi pemerintah agar bisa melestarikan dodol. Terutama dari ketersedian bahan baku,” katanya.
Menurut Ato, salah satu upaya pelestarian kuliner tradisi yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalamhal ini Dinas Pariwisata dan Budaya di Garut di antaranya dengan cara mempromosikan kepada wisatawan.
Dodol harus menjadi budaya warga Garut yang juga dikenal oleh masyarakat luar.
“Kami ingin semua pihak punya rasa tanggung jawab. Minimal ada suguhan di setiap instansi pemerintah atau hotel. Bisa jadi welcome snack,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ato menghrapkan adanya regenerasi dalam pelestarian dodol. Menurutnya pemerintah bisa membuat regulasi untuk melindungi makanan khas Garut, terutama agar berdaya saing tinggi.
“Semua produk dodol yang ada harus mendapatkan ruang dan peluang pasar. Khususnya di lokal agar citra dodol tetap terjaga sebagai makanan tradisional,” ucapnya Ato.
Meskipun dirinya merupakan pengusaha dodol garut, akan tetapi diakui Ato, dirnya juga ingin melestarikan ciri khas Garut yang lain seperti domba, jeruk, serta yang lainnya.
Kepala Dinas Pariwisata Garut, Budi Gan Gan, mengatakan jika pemerintah mendukung upaya pelestarian kuliner khas Garut. Pihaknya pun akan mempromosikan semua ciri khas Garut tersebut kepada para wisatawan.
“Setiap acara wisata pun kami mengedepankan kekhasan Garut. Bisa menjadi nilai jual kepada wisatawan. Apalagi Garut sudah dikenal sebagai kota dodol,” kata Budi.
Apalagi, tambah Budi, selama ini keberadaan dodol Garut terutama Dodol Picnic, sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas di berbagai daerah di luar Garut bahkan hingga luar negeri.
Tak heran kalau belum lama ini pemilik perusahaan Dodol Picnik Garut, H. Ato Hermanto berhasil mendapatkan penghargaan “Pelestasri Kuliner” atas konsisitensi dan kesungguhannya sebagai pelaku dan pelestari dodol Garut sebagai slaah satu jenis makanan warisan.
“Kami mendapat informasi bahwa pada tanggal 24 September 2017 lalu, Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Dirjen Kebudayaan Kemendikbud telah mengganjr H. Ato Hermanto dengan sebuah penghargaan. Ini tentu sebuah kebanggan bagi garut, termasuk bagi kami selaku pemerintahan di Garut,” ujar Budi.
(Aep Hendy S)***