TASIKMALAYA, (KAPOL)-.
Gejolak ekonomi global yang mempengaruhi roda nasional, kini semakin terasa. Ketua Perbarindo Priangan Timur, Budiman mengatakan jika nasib kondisi perekonomian di semester dua ini masih abu-abu lantaran belum bisa diperkirakan. Namun, dengan adanya kebijakan jilid III Pemerintah Jokowi, setidaknya memberikan sedikit hawa segar bagi para pelaku usaha BPR tersebut.
“Dengan kondisi pertumbuhan kredit yang stagnan bahkan ada yang menurun, tentu pemangkasan suku bunga ini kami pandang cukup solutif menyentuh jangka pendek. Karena, bagaimanapun di kondisi seperti ini sangat perlu adanya perbaikan daya beli masyarakat untuk kembali menggairahkan ekonomi kita,” terangnya.
Dia optimis langkah tersebut bisa menggenjot penyaluran kredit kembali tumbuh positif. Terlebih, lanjut Budiman, BPR sedikit banyak akan ikut terbantu, mengingat pihaknya memiliki suku bunga yang lebih tinggi karena dananya yang dikucurkan dari bank umum.
“Kalau kami kan prinsipnya, mengikuti kebijakan pusat dan bank umum, jadi hanya bisa menyambut baik dan ikut menyesuaikan saja. Namun tentu dengan bunga yang menurun, bagi masyarakat ini kan bisa menjadi sesuatu yang menarik minatnya kembali untuk permohonan kredit,” tambah Budiman.
Karena, beberapa kurun waktu ini, diamatinya jika nasabah lebih banyak berasal dari perpanjangan kredit sebelumnya. Pun dengan penyaluran kredit masih tetap dominan ke sektor konsumtif ketimbang sektor riil (produktif). Hal ini dianggapnya wajar, mengingat pelemahan daya beli ikut mempengaruhi masyarakat kesulitan dalam halnya memenuhi kebutuhan.
“Konsumtif di sini bukan artinya pembelian mobil, gadget dan lain sebagainya, kebanyakan itu untuk mengamankan kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan,” ujar dia.
Per semester lalu, tak heran misal saja di BPR Mitrakop Jaya yang dinaunginya, Budiman mengatakan jika pertumbuhan kredit masih bagus dan sehat, yakni lebih dari angka dua puluh persen. Sayangnya, belakangan ini, harus diakui dia jika hawa tunggakan sudah mulai muncul, khususnya di sektor UMKM.
“Sebetulnya ini bisa dimaklumi, dengan kondisi seperti sekarang. Maka itu, kami juga dari pihak BPR mencoba terus melakukan pendekatan personal untuk mengatasinya, sehingga tidak saklek. Kami pertimbangkan kemampuan yang nantinya akan disesuaikan dengan pembayaran,” tambahnya. (Astri Puspitasari)***
Komentar