Petani Kopi Gunung Sawal Butuh Perhatian Pemerintah

CIAMIS61 views

PANJALU, (KAPOL).-Para petani kopi yang berada di kawasan Gunung Sawal, Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, ingin ada perhatian dari pihak pemerintah dalam pembelian pupuk serta pengembangan bisnis kopi.

Pasalnya, selama ini para petani gunung merasa kesulitan untuk membeli kebutuhan pupuk yang bersubsidi, karena tidak memiliki kartu tani serta kesulitan untuk menjual kopi dari hasil panen mereka selama ini.

Salah seorang perwakilan petani kopi Gunung, Sulaeman ( 30) mengakui minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap petani kopi. Baik itu pembelian kopi dan juga penasarannya.

Petani yang mulai menggarap lahan kopi sejak tahun 2011 lalu menjelaskan selama ini dirinya menggarap lahan hutan Gunung Sawal untuk menanam kopi.

“Kami sangat berharap ada bantuan dari pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, untuk membantu para penggarap di wilayah kehutanan ini. Mulai dari bebagi hal bantuan, baik bibit maupun pupuk. Di sini para petani rata-rata memiliki tidak kurang dari 500 pohon kopi,” jelas Sulaeman.

Menurut dia, selama ini sejak pemerintah memberikan kebijakan fasilitas kartu tani untuk membeli pupuk bersubsidi. Para petani kopi pengarap lahan kawasan gunung kesulitan untuk membeli pupuk bersubsidi.

Karena rata petani pengarap lahan tidak memiliki kartu tani, ahirnya para penggarap memilih tidak untuk memupuk tanaman kopinya tersebut.

Karena harga pupuk yang sekarang ada ketika membelinya tidak mengunakan pasilitas kartu tani harganya cukup mahal, dan tidak sebanding dengan harga jual kopi.

“Kami para petani kopi pengarap lahan perhutani juga butuh bantuan serta perhatian dari pihak pemerintah, kami selama ini untuk menutupi kebutuhan hidup hanya mengandalakan dari hasil panen kopi dari hasil sewal lahan pada pihak perhutani,” ujarnya.

“Sementara sejak ada kartu tani hasil panen kami selalu mengalami penurunan akibat tanaman kopinya tidak dipupuk dan hanya mengandalkan tumbuh dari hasil pemeliharan seadanya,” jelasnya.

Menurut Sulaeman, selain kesulitan membeli pupuk, para penggarapa lahan juga selama ini kesulitan untuk menjual hasil panen kopi. Selama ini untuk menjula hasil penen kopi dari wilayah panjalu itu ke wilayah Kecamatan Rajadesa,

“Ya, paling tidak ada tengkulak disekitar lokasi tanam, sehingga tidak harus menjula kopi ke wilayah yang lebih jauh, sehingga tidak terlalu banyak pengeluaran untuk ongkos, saat ini harga kopi hanya mencapi Rp. 23.000 per kilo, belum diambil ongkos,” jelasnya. (Endang Setia Budi)***