CIAMIS, (KAPOL).-
Kondisi peternakan ayam, khususnya di wilayah Priangan Timur belum sepenuhnya stabil dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini. Peternakan ayam rakyat terus dihantui kerugian akibat ketidakseimbangan suplay ayam dengan daya beli masayarakat.
Demikan ditegaskan Anggota Komisi 2 DPRD Ciamis H. Komar Hermawan yang juga peternak ayam kepada KP kemarin.
Menurutnya, produksi ayam saat ini tidak terkendali. Pemeritnah terus memberikan peluang untuk maikan produksi daging ayam dengan target menaikan tingkat konsumsi ayam masyarakat yang saat ini 10-11 kilo gram per kapita per tahun menjadi minimal 20 kilogram per kapita pertahun.
Namun, kata Komar, peningkatan suplay ayam tidak seimbang dengan daya serap pasar. Sehingga mengakibatkan harga ayam di pasaran tidak sesuai standar.
“Harga ayam jatuh, tidak memenuhi biaya produksi atau break event point (BEP) akibat daya beli masyarakat masih rendah. Ayam melimpah harga harga dibawah,” ujar pimpinan Kawali PS (Poultry Shop) ini.
Ketidakpastian harga ayam, jelas Komar, sangat merugikan peternakan rakyat yang bermodal kecil. Sedangkan pengusaha besar dengan modal besar tidak akan terlalu terpengaruh.
“Peternakan rakyat sangat sulit menekan biaya produksi sehingga senantiasa terancam kemandegan, berbeda dengan pengusaha besar,” ujarnya.
Kendala lainnya, kata Komar, sarana transportasi yang masih dilanda kemacetan dan banjir, khsusnya untuk suplay ayam ke wilayah DKI Jakarta. Kemacetan, kata Komar berdampak pada naiknya biaya transportasi.
Apalagi saat menghadapi libur pajang, pemerintah selalu menghimbau agar kendaraan besar tidak melintas.
“Kalau ada tanggal merah dua hari dalam seminggu terkadang dijadikan hari libur panjang, pemerintah selalu menghimbau agar kendaraan besar tidak melintas jalan umum agar tdak macet. Ini juga merugikan para peternak ayam, ” ujarnya.
Padahal, kata Komar, sekotor usaha dibidang peternakan ayam memberikan kontribusi pada Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). (Abdul Haris)