GARUT, (KAPOL).- Adanya dugaan peristiwa penganiayaan yang menimpa seorang santri di kawasan Kecamatan Kadungora, disikapi secara serius oleh jajaran Kepolisian Resor (Polres) Garut.
Untuk mencari kebenaran atas dugaan penganiayaan itu, Polres pun menggelar kegiatan pra rekontruksi, Senin (5/2/2018).
Kapolres Garut, Ajun Komisaris Budi Satria Wiguna, mengatakan adanya dugaan penganiayaan terhadap seorang santri di wilayah hukumnya ini tak bisa dibiarkan. Hal ini harus segera ditindaklanjuti sesuai hukum dan prosedur yang berlaku.
“Kita harus pastikan dulu kebenaran dari dugaan penganiayaan tersebut. Makanya hari ini kita gelar pra rekontruksi,” ujar Budi.
Menurut Budi, dari laporan yang telah diterimnay, sampai saat ini masih dilakukan pendalaman kaitan kejadian penganiayaan yang menimpa Abdullah, Minggu (4/2/2018) kemarin.
Kapolres pun minta waktu untuk menyimpulkan hasil penyelidikan dan pra rekontruksi yang telah dilakukannya dalam beberapa hari ke depan.
Kepolisian, tutur Budi, masih melakukan pengembangan penyelidikan dengan cara
menggali keterangan dari sejumlah saksi.
Selain itu, korban pun akan diminta keterangan dalam rangka mengumpulkan fakta.
Budi berharap, dari pengumpulan fakta dapat menemukan titik terang atas kasus penganiayaan tersebut. Hasil pra rekontruksi yang ditambah dengan hasil keterangan saksi, nantinya akan ditindaklanjuti dengan gelar perkara.
“Ini belum final. Tapi kita berupaya ke titik terang dari kejadian itu,” katanya.
Disampikan Budi, pihaknya terus mendorong Pimpinan Ponpes tempat korban menimba ilmu untuk membuat laporan polisi. Hal ini bertujuan agar proses penyelidikan dapat berjalan lebih cepat.
Ia berjanji berkomitmen menangkap pelaku saat keterangan korban dan saksi telah lengkap.
Hingga sejauh ini, pihak Kepolisian belum menerima laporan secara resmi baik dari pihak korban maupun pengelola pondok pesantren terkait aksi penganiayaan tersebut.
Informasi justeru berkembang di medsos yang menyebutkan ada santri yang dianiaya dengan cara dikeroyok enam orang tak dikenal pada Sabtu malam kemarin.
Sementara itu pimpinan Pondok Pesantren Al Futuhat, KH Ahmad Satibi, menyatakan salah seorang santrinya atas nama Uloh Abdulloh (21), pada Sabtu malam lalu telah dianiaya enam orang tak dikenal dengan cara dikeroyok.
Saat itu korban sendiri berniat menolong temannya yang katanya dikeroyok di kawasan Desa Karangtengah, Kecamatan Kadungora.
“Uloh yang meruipakan santri kami saat itu berniat pulang ke rumahnya. Namun di tengah perjalanan ada orang yang memberitahu dirinya ada santri yang dikeroyok dan diapun diminta datang ke lokasi pengeroyokan dengan dibonceng orang tersebut agar dapat membantu temannya,” kata Ahmad.
Dijelaskannya, setibanya di kawasan Karangtengah, orang tersebut mengehnetyikan sepeda motornya lalu meminta korban untuk menunggu. Dia berlasan akan menanyakan lokasi pengeroyokan pada temannya.
Namun tak lama kemudian, datang enam orang laki-laki tak dikenal dengan perawakan rata-rata tinggi besar.
Kepada korban, mereka menanyakan keberadaan kiainya (KH Ahmad Satibi), pesantren, dan lainnya.
Setelah itu, tiba-tiba keenam orang tersebut melakukan pengeroyokan terhadap korban dengan cara memukuli baik dengan tangan kosong maupun benda tumpul hingga akhirnya korban tak berdaya.
“Di saat-saat kritis tersebut, keajaiban datang karena korban yang sudah tak berdaya, tiba-tiba mendapat kekuatan untuk kabur,” katanya.
Salah seorang pelaku, kata dia, sempat menyabetkan senjata tajam sejenis golok ke arajh korban dan mengenai baju korban hingga robek. Beruntung tubuh korban tidak sampai mengalami luka serius.
Diakui Ahmad, siang hari sebelum peristiwa pengeroyokan itu terjadi, dirinya mendapat laporan ada dua orang yang mengaku dari Bandung menanyakan beberapa hal terkait dirinya, tentang pesantren yang dipimpinanya, serta hal-hal lainnya.
Dia curiga setelah mendapat laporan tersebut, sebsnarnya orang yang akan dijadikan sasaran penganiayaan sebenarnya dirinya.
Pihaknya, tambah Ahmad, berharap polisi segera menindaklanjuti hal itu agar bisa mengungkap motif sekaligus menangkap para pelakumpengeroyokan. (Aep Hendy S)***