TASIKMALAYA, (KAPOL).-
Renyahnya ceruk pasar camilan kiah hari, semakin menjanjikan. Tak hanya berlaku untuk pasar dalam negeri, namun juga pasar luar. Kesempatan ini juga yang kiranya tidak ingin disia-siakan oleh pelaku muda kreatif yang menekuni bidang industri makanan. Produk dibawah naungan Iteung Balad Kabayan ini misalnya, Mih Iteung dan Cracel yang baru saja menjalani test pasar di New Zealand.
Dikatakan Iqbal Fauzi Rahman, salah seorang pemiliknya, respon pasar di event yang digelar di Trust Stadium, Henderson New Zealand ini terbilang cukup positif. “Meskipun hanya digelar satu hari dan bukan event khusus kuliner, tetapi hasil yang kami dapatkan untuk respon terkait rasa produk kami cukup diterima baik,” ujarnya dijumpai di salah satu kegiatan.
Dia menjelaskan, jika test pasar kali itu dilakukan oleh importir yang tertarik dengan produk
UMKM asal Kota Banjar ini. “Kami tentu tidak ingin menghilangkan kesempatan yang ada di depan mata tersebut, sebab pasar luar juga salah satu yang ingin kami garap di era keterbukaan kompetisi hari ini,” tambah mahasiswa Unsil ini.
Hanya saja memang, diakui pihaknya pun dalam rangka mempersiapkan diri ke arah sana dituntut untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi berkali-kali lipat. Pasalnya, sekali pengiriman ke New Zealand ditargetkan jutaan pieces produk.
“Ketika ada peluang pasar, sebetulnya ya tentu dari kami sendiri ingin sanggupi seutuhnya. Apalagi kalau pasar luar terbilang lebih stabil dan antusiasnya juga tidak kalah dari pasar lokal, tapi kelebihannya di sana kompetitornya untuk produk sejenis kan masih kosong,” kata dia.
Camilan yang menyasar target pasar anak muda ini pun, pemasarannya semakin intens dengan membuka keagenan di kota-kota besar melalui retail besar di online shop. Pun juga konsinyasi di offline store, tetap mereka tekuni baik di Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, ataupun Bandung.
“Mie lidi dan Baso Goreng Tenggiri mungkin sudah banyak juga yang melakoni, untuk itu yang kami jual tidak hanya produk yang bisa disandingkan dari segi rasa saja. Tapi konsep kami yang bisa dibilang unik, karena kami memposisikan sebagai camilan gaul yang anak muda sekalilah,” tambah Iqbal.
Kemasan berbentuk kotak dengan gaya khas masa kini juga sengaja dipilih anak muda ini. Dengan begitu, mereka mencoba ingin memberikan pengertian ciri khas produknya. “Jadi ya Iteung Balad Kabayan itu snack kotak, itu yang kita konsisten agar melekat di benak konsumen,” ujarnya. Tak heran berkat strategi itu, dari tahun ke tahun, penetrasi pasar pun terbilang lebih agresif dan UMKM satu ini bisa merengkuh cuan lebih banyak.
Menariknya, pelaku muda ini pun terbilang responsif terhadap perubahan selera pasar. Maka, di saat ini mereka mulai menangkap ada konsumen yang tidak terlalu suka dengan camilan jenis ini, karena menjustifikasi kurang sehat. Yang dilakukannya, malah mendirikan perusahaan baru bernama Batiga Healthy Indonesia yang menawarkan Protein Chips alias Prochi, snack sehat.
“Kami melihat di sana ada kesempatan pasar untuk mengembangkan produk sehat, makanya ketimbang kami membuat mereka yang kurang minat kepada dua produk kami tersebut, ya lebih baik merintis ceruk baru saja,” ujarnya. Iqbal menegaskan, camilan yang dekat dengan masyarakat, yakni mie lidi dan basreng tersebut sebetulnya memiliki ciri khas khusus, selain bahan baku pilihan juga bumbu yang digunakan berasal dari rempah-rempah. (Astri Puspitasari)***