JATINUNGGAL, (KAPOL).- Kondisi psikologis para siswa SDN Bojongsalam yang belum lama ini
menempati bangunan sekolah di lahan relokasi, Dusun Cipondoh, Desa Pawenang, Kecamatan Jatinunggal dinilai mengalami penurunan.
Tak hanya dirasakan para siswa, kondisi serupa juga dirasakan oleg tenaga pendidik.
Sulitnya akses jalan, sarana dan prasarana yang tak memadai serta
kehidupan lingkungan sosial yang terpuruk menjadi faktor menurunnya
kondisi psikologis siswa.
Sebagian besar hal ini banyak dipengaruhi oleh terpuruknya kondisi ekonomi orangtua siswa yang tak lain warga eks genangan.
Salah satu guru senior di SDN Bojongsalam, Dedi Mulyadi mengakui terguncangnya psikologis siswa sangatlah wajar.
Sebelum menempati bangunan sekolah baru para siswa SDN Bojongsalam yang berjumlah 59 siswa tersebut dalam melaksanakan KBM harus menumpang dulu di sekolah lain yang jaraknya jauh dari kawasan relokasi. Ditempuh dengan medan jalan yang berlapis tanah.
“Anak-anak memang terombang-ambing. Belum lagi kehidupan di
keluarganya. Saya yakin psikologis siswa belum pulih,” kata Dedi di
Cipondoh, Jumat (21/4/2017).
Dengan kondisi tersebut, kata dia, proses KBM juga memang belum bisa dilaksanakan maksimal. Hingga kini, proses belajar kebanyakan diisi
dengan memotivasi kondisi siswa dengan berbagai cara. Yang terpenting bagaimana agar siswa bisa ada semangat untuk bersekolah.
“Kita lebih mengedepankan pendekatan psikologis. Ya udah untung mereka (siswa) masih tetap semangat ke sekolah juga,” katanya lagi.
Ia tidak menampik, sebagai pengajar di SDN Bojongsalam memang
memerlukan tenaga ekstra dan kesabaran yang tinggi. Untuk berangkat mengajar, para guru yang kebanyakan dari luar kawasan tersebut harus rela jalan kaki melintasi pesawahan dan jalan yang berlumpur jika hujan turun.
Sebab akses ke sekolah tidak bisa dilintasi kendaraan karena kondisi jalan yang buruk.
“Untuk kendaraan kita parkir sekitar 2 Km dari sekolah karena kendaraan tidak bisa masuk,” ucapnya.
Dikatakan dia, jauh sebelumnya, baik dari pihak sekolah maupun dari
pemerintah desa telah menyampaikan perlunya pembangunan insfrastruktur
untuk akses ke wailayah relokasi Cipondoh.
Namun memasuki dua tahun
ini keluhan tersebut belum bisa terpenuhi oleh pemerintah daerah.
Sehingga bukan tak mungkin keadaaan tersebut semakin memperparah kondisi psikologis terutama anak-anak pelajar.
“Sangat disayangkan kita bisa lihat ketika hujan turun terkadang
kalau yang rumahnya jauh dari sekolah biasanya memilih tidak masuk sekolah. Mungkin inilah yang harus dipikirkan pemerintah daerah,”
ungkap komite sekolah SDN Bojongsalam, Teten Sutendi.
Teten meminta, pihak terkait peka dan respon terhadap kondisi
pendidikan di pemukiman relokasi. Sebab pendidikan adalah hal utama
yang perlu menjadi perhatian semua pihak.
Jangan sampai terjadi pembiaran yang akan menyebabkan terpuruknya pendidikan di pemukiman relokasi.
“Sebenarnya sudah berulang kali kami menyampaikan keprihatinan ini.
Bahkan bupati juga sudah pernah janji untuk memperbaiki insfrastruktur tapi hingga kini belum ada satupun yang terwujud. Paling tidak ya urusan pendidikan harus didahulukan,” katanya. (Nanang Sutisna)***