Pupuk Jiwa Nasionalisme, Siswa Tuna Rungu Belajar di TMP

EDUKASI, LINIMASA90 views
Sebagian iswa Kelas B SLB Bahagia Tasikmalaya menunjukkan hasil karyanya sebagai bentuk peringati Hari Pahlawan.

TASIKMALAYA, (KAPOL).-

Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November ini, dimaknai berbeda oleh belasan siswa kelas B Sekolah Luar Biasa (SLB) Bahagia. Melalui kegiatan belajar mengajar (KBM) seni lukis yang dialihkan di pelataran Taman Makam Pahlawan Kusumah Bangsa, siswa-siswa tuna rungu mengecap sejarah dari hal sederhana.

Guru Pembimbing, Afrudin, menjelaskan momentum Hari Pahlawan menjadi kesempatan besar untuk lebih memupuk jiwa patriotisme dan nasionalisme generasi muda, khususnya bagi anak berkebutuhan khusus, yang ke depan ini diharapkan bisa ikut mengambil peran pembangunan.

“Maka, kita coba dekatkan mereka dengan apa yang menjadi bagian sejarah penting. Kita tidak hanya arahkan untuk anak-anak mengenang jasa pahlawan, tetapi sekaligus menyerap pengorbanan para pejuang sebagai bahan inspirasi untuk melukis,” ujarnya dijumpai di lokasi, Rabu (9/11/2016) pagi kemarin.

Siswa-siswa kelas B mulai dari kelas 5 SD hingga tingkat SMA ini begitu antusias mengikuti pembelajaran luar kelas yang pertama kali digelar. Mereka difokuskan untuk menggambar Tugu dan suasana taman makan pahlawan. Menurut Afrudin, dengan dibawa langsung ke lapangan, akan lebih memberikan perspektif yang luas kepada para siswa.

“Kita lebih asah imajinasinya, siswa-siswa dibiarkan mengeksplorasi apa yang menarik ditangkap dari sekitarnya. Hal ini pun cukup penting, karena seringnya beberapa kasus di tuna rungu memang ada yang sedikit terkendala imajinasi,” tambah dia.

Kendati begitu, untuk kemampuan siswa kelas B di SLB Bahagia sendiri, menurut Afrudin terbilang bagus. Siswa begitu responsif ketika diminta menghilangkan suatu obyek untuk digantikan berdasarkanimajinasinya. “Pada anak usia kelas 4 SD misalnya, mereka kita bilang bisa disejajarkan dengan anak normal, bahkan hasilnya lebih baik,” katanya.

Di sela kegiatan, para siswa tersebut pun dibagikan pemahaman terkait jasa-jasa yang dilakukan pahlawan di masa lalu dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Spirit itulah yang coba dibangun dan ditumbuhkembangkan.

Kepala SLB ABC Yayasan Bahagia Lia Anjasmara menambahkan, seni lukis di anak berkebutuhan khusus memang menjadi salah satu materi pengembangan diri, dimana di sekolah tersebut porsi pembelajaran tergolong cukup besar, yakni satu hari khusus. “Anak-anak begitu menyukai, karena memang pembelajarannya menyenangkan dan lebih penting ini melatih motorik anak, kesabaran, banyak hal baik yang dipelajari dari melukis, bahkan akhirnya menciptakan prestasi membanggakan,” kata dia.

Sebelum melukis, anak-anak juga diberikan sedikit teori terkait skala perbandingan bentuk dengan media pensil, agar konsentrasi perhatian pada bentuk yang akan digambar lebih terarah. Metode sederhana ini juga memudahkan siswa untuk melukiskan suatu objek.

Salah seorang siswa kelas 10, Dafa, mengakusenang dengan pembelajaran di ruang terbuka ini. “Terutama di makam pahlawan yang memiliki sejarah kemerdekaan di Tasik ini,” katanya dalam bahasa isyarat didamping sang guru. (Astri Puspitasari)***