Sosok RA Dewi Sartika yang dinobatkan swbagai pahlawan Nasional pada tahun.1966 itu sangat dikagumi banyak orang, termasuk orang yang merawat RA Dewi Sartika pada masa-masa sakit hingga meninggal dunia yaitu R Endah Ruhaeni (91).
Endah mengaku salahsatu perempuan yang ikut berjuang melawan penjajah, sosok RA Dewi Sartika sangat dia banggakan. Betapa tidak, di saat dalam keadaan sakit di Cineam Manonjaya, RA Dewi Sartika tetap ikut menginisiasi pembangunan sekolah perempuan.
“Kalau tanpa pemikiran dan gagasan beliau (RA Dewi Sartika),mungkin tidak akan ada berdiri sekolah perempuan (istri) di Manonjaya,” ujar R Endah Ruhaeni di kediaman anaknya di kampung Papandayan Desa Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Kamis (2/3/2017).
Endah pun sempat mengenyam pendidikan di sekolah yang didirikan oleh RA Dewi Sartika di Tasikmalaya. Endah bisa bersekolah di sekolah istri karena selain dia salahsatu keturunan priyai, Endah juga merupakan seorang pejuang yang ingin mendapatkan pendidikan tinggi agar bisa mengalahkan penjajah.
“Saya terus belajar waktu itu, bahasa Belanda dan Jepang dulu saya kuasai. Saya ingin berjuang untuk rakyat dan negara karena inspirasi dari Bu Dewi Sartika yang terus memperjuangkan pendidikan perempuan,” jelasnya.
Menurut Endah, Dewi Sartika datang ke Tasikmalaya dalam keadaan sakit parah yaitu sakit gula. Walau begitu, fisik beliau tetap terlihat cantik dan tetap gemuk. Endah mengaku saat itu dia masih berusia 17 tahunan, namun sudah ikut berjuang membela rakyat dari penjajah.
Endah biasa memberi makan para pejuang yang bersembunyi di hutan, selain itu dia pun merawat pejuang yang sakit di sebuah rumah pengungsian di Cineam Tasikmalaya. Termasuk saat itu dia merawat RA Dewi Sartika yang kondisinya sangat memprihatinkan, karena hanya mampu untuk berbicara saja.
“Saya bersama teman saya merawat beliau sekitar 6 bulanan hingga beliau meninggal, saya selalu sedih kalau ingat masa-masa bersama bu Dewi Sartika,” ujar Endah.
Endah menambahkan, saat ini dirinya tinggal bersama anaknya yang keempat. Endah sendiri mempunyai lima orang anak. Suaminya dulu adalah tentara AURI. Untuk memenuhi kebutuhanya, Endah mengandalkan dari gaji pensiunan suaminya sebesar Rp 1.300.000/bulan. Anak dan menantunya banyak yang berada di luar kota karena tugasnya.
Selama ini, perjuangan Endah yang membantu perjuangan kemerdekaan belum pernah diberi penghargaan apapun dari pemerintah. Karena kata dia, perjuangan perempuan yang membantu para pejuang laki-laki tidak pernah terlihat atau diapresiasi oleh pemerintah.
Namun lanjutnya, dirinya merasa lebih sedih lagi ketika perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan Indonesia tidak dihargai lagi. Saat ini, lanjutnya, berbagai kasus korupsi terjadi di mana-mana, gaji PNS yang terus melambung, para pejabat yang terus bulak-balik ke luar negeri dan lainya.
“Mereka saat ini tidak pernah merasakan jalan kaki dari Bandung ke Tasikmalaya, tidak tahu darah berceceran di mana-mana, tidak merasakan makan nasi campur pasir. Sekarang sudah enak, namun ternyata perjuangan kami seolah disia-siakan dengan perilaku yang malah merugikan bangsa negara seperti korupsi itu,” tandas R Endah Ruhaeni yang juga turut ikut dalam tragedi Bandung Lautan Api tersebut.(Jujang)***