GARUT (KAPOL).- Untuk dapat memenuhi kebutuhan darah, selama ini Palang Merah Indonesia (PMI) Garut harus bekerja ekstra. Namun sayangnya, begitu ratusan labu darah bisa dikumpulkan, darah tersebut malah kadaluarsa akibat tak terpakai.
Ini terjadi akibat pihak Rumah Sakit Umum (RSU) dr. Slamet Garut lebih mengutamakan menggunakan darah dari PMI Kabupaten Bandung.P
Hal ini disesalkan berbagai pihak di Garut, apalagi darah yang kadaluarsa jumlahnya mencapai ratusan labu.
Ketua Komisi D DPRD Garut, Asep D Maman, menyatakan sangat menyesalkan kadaluarsanya ratusan darah yang ada di PMI Garut.
Menurutnya, seharusnya hal itu tidak sampai terjadi kalau ada koordinasi yang baik antar instansi terkait.
Diakui Asep, pihaknya telah melakukan penelusuran untuk bisa memastikan kenapa sampai ada ratusan labu darah di PMI Garut yang kadaluarsa.
Hasilnya diketahui jika sejak awal Januari tahun ini, pihak RYS dr. Slamet Garut ternyata sudah menjalin kerjasama dengan PMI Kabupaten Bandung.
Secara otomatis, bank darah RSU dr. Slamet Garut sejak saat itu menggunakan darah dari PMI Kabupaten Bandung untuk memenuhi kebutuhannnya.
Kerjasama yang dilakukan antara pihak RSU dr. Slamet Garut dengan PMI Kabupaten Bandung tersebut dinilai Asep telah menyalahi aturan, di antaranya Peraturan Menteri Kesehatan nomor 91 tahun 2015.
Dalam Permen tersebut jelas diatur bahwa seharusnya pihak RSUD dr Slamet melakukan kerjasama dengan PMI yang ada di daerah setempat untuk memenuhi kebutuhannya, bukan dengan daerah lainnya.
“Aturan tersebut tercantum dalam Permen no 91 tahun 2015. Makanya kami mempertanyakan kenapa pihak RSU dr. Slamet Garut malah menjalin kerjasama dengan pihak PMI Kabupaten Bandung, bukannya dengan PMI Garut,” ujar Asep.
Dikatakannya, kerjasama tersebut telah menimbulakn dampak negatif dimana pada bulan September ada sekitar 236 labu darah yang kadaluarsa di PMI Garut.
Hal itu terjadi karena darah yang ada di PMI Garut tidak diserap oleh bank darah RSUD dr Slamet yang lebih memilih menggunakan darah dari PMI Bandung.
Untuk meluruskan hal ini, tambahnya, Komisi D DPRD Garut akan segera memintai keterangan dari pihak RSU dr. Slamet Garut. Tak hanya pihak RSU, pihak PMI Garut juga akan dipanggil untuk dimintai memberikan penjelasan terkait hal ini.
Kepada dua pihak, DPRD juga akan mengingatkan soal aturan yang ada.
“Kami belum bisa memberikan komentar lebih jauh karena masih akan melakukan penggalain lebih jauh. Dalam waktu dekat ini baik pihak RSU maupun PMI akan kita panggil sekaligus untuk diingatkan tentang aturan yang ada,” katanya.
Namun demikian, Asep menyebutkan pihaknya mensinyalir telah terjadi pelanggaran yang dilakukan pihak RSU dr. Slamet karena mengabaikan Permenkes no 91 tahun 2015.
Sementara itu pihak RSU dr. Slamet tidak menampik telah melakukan kerjasama dengan PMI Kabupaten Bandung untuk memenuhi kebutuhan bank darah.
Pihak RSU beralasan kerjasama yang dilakukan dengan PMI Kabupaten Bandung dilakukan karena selama ini pihaknya selalu mengalami kekurangan pasokan darah.
“Selama ini pasokan darah dari PMI Garut tidak bisa memenuhi kebutuhan yang ada. Akhirnya kami terpaksa menjalin kerjasama dengan pihak PMI Kabupaten Bandung,” ucap Wakil Direktur Pelayanan RSUD dr Slamet, dr Een Suryani.
Menurut Een, kerjasama yang dilakukan dengan pihak PMI Kabupaten Bandung pun atas sepengetahuan Direktur RSU dr. Slamet Garut, termasuk teknis kerjanya.
Een menyampaikan, keputusan untuk menjalin kerjasama dengan pihak PMI Kabupaten Bandung dilakukan bukannya tanpa alasan.
Kalau saja selama ini pasokan darah dari PMI Garut bisa mencukupi, kemungkinan kerjasama tidak akan dilakukan dengan pihak lain.
(Aep Hendy S)***