INDIHIANG, (KAPOL).-
Sedikitnya 800 santri di Kota Tasikmalaya ‘mabuk’ mirasantika. Mereka menyesatkan kepada jalan yang benar terkait dengan teknologi informasi di lingkungan pesantren.
Maksud mirasantika di sini adalah akronim dari majelis relawan santri teknologi dan komunikasi.
“Di lingkungan pesantren, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu masih tergolong tabu. Tetapi dengan keberadaan para relawan TIK ini, teman-teman mulai berdakwah melalui teknologi informasi,” kata Ketua Relawan TIK Kota Tasikmalaya, Ipan Zulfikri kepada “KAPOL” di sela-sela penilaian oleh tim dari Provinsi Jawa Barat di Gedung LPSE KOta Tasikmalaya, Rabu (13/4/2016).
Begitu pentingnya TIK, kata dia, membuat santri harus melek teknologi selepas dari pesantren. Pasalnya media sosial saat ini menjadi referensi utama masyarakat dalam mendapatkan informasi. Sehingga dakwah tidak hanya dilakukan secara konvensional, juga bisa melalui jejaring internet.
“Teman-teman juga dituntut eksis di media sosial karena sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Maka dari itu santri harus melek IT, dan terasanya saat kita sudah keluar dari pesantren,” ujarnya.
Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Tasikmalaya menyediakan domain bagi 200 pesantren. Hal tersebut bisa mempopulerkan pesantren masing-masing dan secara umum menghapus kenegativan identitas Kota Santri yang saat ini mulai meluntur.
“Setiap kita ketik Tasikmalaya di laman google selalu muncul berita-berita negatif. Makanya melalui web dan blog pribadi para santri setidaknya dapat memudarkan berita negatif di kota santri,” katanya.
“Ketika di jejaring internet aktif, informasi negatif dapat itu berkurang. Sekaligus juga membangun citra positif kota ini,” ujarnya menambahkan.
Ketua Mirasantika, Ecep mengatakan, saat ini santri-santri sangat tertarik dalam mendalami jejaring internet. Meskipun program-progam yang dikembangkan di bawah restu dari pimpinan pondok pesantren. (Inu Bukhari)