TASIKMALAYA, (KAPOL).- Minat baca buku yang masih rendah menjadi tugas besar untuk diselesaikan di momentum Hari Buku Nasional yang diperingati setiap 17 Mei.
Menurut pegiat literasi Tasikmalaya sekaligus pendiri Rumpaka dan Sabak Percisa, Vudu Abdur Rahman, distribusi buku ke daerah yang selama ini masih minim memberikan implikasi secara tidak langsung terhadap rendahnya ketertarikan membaca.
Apalagi harga buku terbilang masih mahal, di sisi lain masyarakat masih cenderung menaruh buku tidak sebagai prioritas kebutuhan.
Tak heran, pihaknya menyambut baik inisiasi Presiden Joko Widodo yang akan membantu 39 pegiat yang hadir ke istana dengan bantuan 10.000 buku. Artinya, salah satu tantangan selama ini yang membingkai minat literasi dapat sedikit banyak terjawab.
“Saya langsung menghubungi beberapa komunitas baca di Tasikmalaya untuk bekerja sama dalam penyebaran buku tersebut agar dibaca anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua,” ungkapnya di sela kegiatan peringatan Hari Buku bertaju Membaca Mengasah Kepekaan, di Kedai Tangkal Kopi.
Penyebaran buku tersebut pun akan dikoordinasikan Rumpaka Percisa sebagai penanggung jawab komunitas yang bersedia. Diakuinya, Rumpaka Percisa (Rumah Pustaka Pers Cilik Cisalak) tidak akan dapat menampung buku sebanyak itu. Tercetuslah rencana menyebarkan buku-buku tersebut melalui Komunitas Gali Nagari, Galeri Jalanan, Tajur, Warung Baca Cisalak, Bale Mahardika, Kedai Tangkal Kopi, dan sekolah-sekolah yang bersedia merawat dan memberdayakannya.
“Rumpaka Percisa akan mengoptimalkan bantuan-bantuan buku untuk kemudian disebar ke beberapa komunitas yang telah dan akan terlibat. Buku-buku tersebut akan dirotasi setiap satu bulan sekali melalui dan dipantau Rumpaka Percisa,” kata guru SD Perumnas Cisalak ini.
Namun tidak menutup kemungkinan jika komunitas atau taman bacaan dari luar daerah Kota Tasik dapat bagian dari peminjaman buku dari Rumpaka Percisa ini.
Sampai hari ini, prosesnya masih menunggu realisasi dari staff kepresidenan. Yang pasti, dalam refleksi hari Buku kali ini, menurut Vudu di Kota Tasikmalaya masih perlu akses buku bacaan lebih dekat dan mudah. Dia juga mengingatkan seluruh pihak agar tidak sekadar meriah dalam keriuhan seremoni literasi saja.
“Misal, pemerintah seharusnya membuat pojok-pojok baca yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Tidak hanya dilakukan komunitas atau taman bacaan masyarakat yang mandiri. Seluruh pihak harus bekerja sama jika serius membangun masyarakat yang literat,” pungkasnya.
Kendati begitu, Vudu optimistis jika ekosistem masyarakat literat bukan tidak mungkin terbentuk. Terlebih dengan kehadiran pegiat dan komunitas baca yang memiliki spirit dan kepedulian menggerakan literasi.
“Komunitas yang peduli terhadap gerakan membaca dapat bersama-sama menyebarkan buku-buku dengan pendampingan serius. Tidak sekadar menyimpan dan membiarkannya,” pungkasnya. (Astri Puspitasari)***