Rektor Ma’soem University : Teknologi Bisa Percepat Perkembangan dan Selesaikan Masalah

SUMEDANG45 views

JATINANGOR, (KAPOL).- Sekarang, ada diambang pintu revolusi industri yang secara fundamental akan merubah cara hidup manusia dalam bekerja.

Maka, dunia harus merespons era baru tersebut mulai dari sektor pemerintah, swasta, akademik, perusahaan dan masyarakat luas.

Disampaikan, Rektor Ma’soem University (MU), Dr. Ir. H. Dadang Mohamad Masoem, pada kuliah umum sebelum pelaksanaan lomba robotic pada ajang kegiatan rutin Al Ma’soem Science Club (ASIC) Fair 2019 di Kampus Al Ma’soem, Jatinangor, Sabtu (27/4/2019).

“Era baru itu, yakni revolusi industri keempat atau sering disebut dengan istilah populer revolusi industri 4.0,” ucapnya.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Atap Provinsi Jawa Barat itu mengatakan, revolusi industri gelombang keempat ini tetap bertopang pada revolusi industri ketiga 1960 hingga sekarang) yang ditandai dengan penemuan komputer, internet, dan telepon genggam.

“Revolusi industri kedua (1870-1900), ditandai dengan penemuan listrik, alat komunikasi, bahan-bahan kimia, dan minyak. Revolusi industri pertama (1750-1830), ditandai dengan penemuan mesin uap dan kereta api,” tutur Dadang.

Revolusi industri 4.0, ujar dia, mulai ditandai dengan bersatunya beberapa teknologi.

“Kita melihat dan merasakan suatu era baru yang terdiri atas tiga bidang ilmu yang independen, yaitu fisika, digital, dan biologi,” kata Dadang.

Dikatakan, dengan komposisi yang demikian, maka revolusi industri 4.0 mempunyai potensi memberdayakan individu dan masyarakat.

Revolusi industri fase ini, dapat menciptakan peluang baru bagi ekonomi, sosial, maupun pengembangan diri pribadi.

“Tetapi, revolusi industri 4.0 juga bisa menyebabkan pengerdilan dan marginalisasi (peminggiran) beberapa kelompok. Ini dapat memperburuk kepentingan sosial bahkan kohesi sosial, juga dapat menciptakan risiko keamanan dan dapat pula merusak interelasi (hubungan) antarmanusia,” ucapnya.

Ia mengatakan, agar mudah memahaminya, maka revolusi industri 4.0 ini sebetulnya memiliki ciri tersendiri, yaitu transformasi yang berbeda dengan revolusi industri I, II, dan III.

“Pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) pada Januari 2016 di Davos, Swiss diketahui jika revolusi industri keempat menjadi fokus utama pembahasan dan perdebatan,” ujarnya.

Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang membedakan revolusi industri 4.0 dengan revolusi industri sebelumnya.

“Tiga hal tersebut, menjadi dasar mengapa transformasi yang terjadi saat ini bukan merupakan perpanjangan atau kelanjutan dari revolusi digital, melainkan menjadi revolusi transformasi baru (tersendiri),” katanya.

Dengan alasan, pertama inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat dibandingkan sebelumnya.

“Dengan kecepatan ini terjadi terobosan baru pada era sekarang, pada skala eksponensial, bukan pada skala linear,” katanya.

Kedua, ujar dia, penurunan biaya produksi yang marginal dan munculnya platform yang dapat menyatukan dan mengonsentrasikan beberapa bidang keilmuan yang terbukti meningkatkan output pekerjaan.

“Transformasi dapat menyebabkan perubahan pada seluruh sistem produksi, manajemen, dan tata kelola sebuah lembaga,” ucapnya.

Ketiga, kata Dadang, revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk dihampir semua negara di dunia, di mana cakupan transformasi terjadi di setiap bidang industri dan dapat berdampak secara menyeluruh di banyak tempat.

“Seiring dengan itu, para ahli pun berpendapat bahwa revolusi industri 4.0 dapat menaikkan rata-rata pendapatan per kapita di dunia, memperbaiki kualitas hidup, dan bahkan memperpanjang usia manusia (meningkatnya usia harapan hidup),” ujar Dadang.

Di sisi lain, penetrasi alat-alat elektronik, seperti telepon genggam (handphone) yang harganya semakin murah dan sudah sampai ke berbagai pelosok dunia, baik yang penduduknya mempunyai pendapatan tinggi maupun rendah.

“Pada masa ini teknologi begitu menyentuh ranah pribadi, pengatur kesehatan, pola diet, olahraga, mengelola investasi, mengatur keuangan melalui mobile banking, memesan taksi, memanggil Go-Jek, pesan makanan di restoran (go-food), beli tiket pesawat, mengatur perjalanan, main game, menonton film terbaru, dan sebagainya,” ucap Dadang.

Semua itu kini bisa dilakukan hanya melalui satu perangkat teknologi saja, karena datanya sudah disimpan di “langit”.

“Dengan realitas yang seperti itu, pihaknya dapat membayangkan bahwa dalam bidang bisnis dan produksi, revolusi Industri 4.0 akan meningkatkan efisiensi, terutama dalam bidang supply, logistik, dan komunikasi, di mana biaya keduanya akan terus menurun,” ucapnya.

Ia bersyukur, jika pada saat ini pemerintah Indonesia sudah mulai mengarahkan untuk kompetensi peningkatan keahlian tenaga kerja melalui program pendidikan vokasi link and match.

“Artinya, pendidikan dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan relevansi sekolah kejuruan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha, dan dunia industri,” ujarnya.

Bagi perusahaan yang bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam pendidikan vokasi, kata Dadang, pemerintah sedang menyiapkan insentif berupa superdeductible tax (yang diakui oleh kantor pajak untuk mengurangi penghasilan bruto).

Dikatakan, pemanfaatan pengembanagan teknologi sangat mendukung kegiatan untuk meningkatkan kemapuan pelajar atau mahsiswa.

Kedepan, pemanfaatan teknologi sangat diperlukan dan dianggap kebutuhan karena bisa bersosialisasi dengan dunia luar.

“Dunia harus merespon perubahan, diharapkan didukung semuan
pemangku kepentingan,” katanya.

Disampaikan, teknologi itu mempercepat perkembangan dan bisa menyelesaikan beberapa permasalahan yang disisi lain memang akan ada juga masalah baru.

Pakailah teknologi untuk hal kebaikan, karena jika dipakai untuk hal tak positif, maka bisa juga menghancurkan bangsa ini.

“Harus hati hati dalam penggunaan teknologi, maka pakailah untuk hal positif,” ujarnya. (Azis Abdullah) ***