SINGAPARNA, (KAPOL).-
Sejak awal replika menara Eiffel bambu berdiri tegak menjulang di lingkungan perkantoran Setda Kab. Tasikmalaya akhir Desember 2015 kemarin, langsung menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Keberadaannya jadi buah bibir di masyarakat. Bahkan jadi daya tarik tersendiri bagi awak media. Tak pelak berita tentang menara Eiffel bambu di Singaparna ini sempat mengisi halaman di beberapa media cetak maupun elektronik.
Masyarakat dari berbagai daerah berbondong-bondong datang ke Singaparna hanya untuk sekedar mengabadikan momen di depan replika Eiffel bambu itu. Hasil jepretan itu kemudian diunggah ke media sosial. Tak pelak jika oto Eiffel bambu bertebaran di berbagai akun media sosial. Bahkan tidak hanya dari daerah Tasikmalaya saja yang datang. Replika Eiffel bambu ini juga jadi daya tarik bagi masyarakat di daerah lain.
Sejak saat itu, daerah perkantoran Setda Kab. Tasikmalaya ramai dikunjungi masyarakat. Terlebih saat malam minggu. Pengunjung yang ingin melihat replika menara Eiffel bambu itu kian membludak. Melihat kondisi yang demikian, masyarakat di sekitar memanfaatkan keramaian itu untuk mengais rejeki. Ada banyak pedagang yang berjualan di sekitar lokasi. Mulai dari pedagang asongan, pedagang makanan sampai pakaian. Karena ramai pengunjung, sekelompok orang berinisiatif untuk menertibkan kendaraan yang masuk di sekitar lokasi dengan menarik uang parkir.
Tapi dalam perjalanannya, daya tarik sebagai dampak berdirinya replika menara Eiffel bambu ini pelan-pelan jadi polemik. Mulai dari parkir ilegal dengan menggunakan karcis dan tugas Satpol PP Kab. Tasikmalaya yang kian bertambah sementara instansi penegak perda ini tengah dirundung masalah kekurangan personil. Belum lagi temuan Satpol PP yang kerap menemukan pengunjung yang kedapatan membawa miras ke lokasi. Akhirn Kepala Satpol PP Kab. Tasikmalaya, H. Imam Gozali mengemukakan opsi agar replika menara Eiffel bambu itu dibongkar.
“Satpol PP tetap akan mengemukakan opsi pembongkaran menara eifel tersebut dalam rapat pimpinan minggu depan,” ujar Gozali.
Sementara itu Anggota Komisi 1 DPRD Kab. Tasikmalaya, Basuki Rahmat justru bertolak belakang terkait opsi pembongkaran replika menara Eiffel bambu ini. Basuki mengatakan, terkait polemik parkir liar atau pungli di seputaran Gedung Bupati bukan disebabkan karena Eiffel bambu. Melainkan kelemahan penegak penertiban umum yang dilakukan oleh aparat. Jadi jangan sampai gara-gara munculnya pungli parkir dan polemik lainnya, pembongkaran menara Eiffel ini jadi opsi.
“Jangan buruk muka cermin yang dibelah. Biarkan menara eifel jadi ekspresi kegembiraan warga,” ujarnya.
Terpisah, perancang reflika menara eifel bambu dari komunitas URG*TSK, Adit Hiracahya menuturkan, suatu saat reflika menara eifel tersebut memang harus dibongkar. Pasalnya menara itu tidak dibuat secara permanen.
“Demi aspek keselamatan dan keamanan memang harus dibongkar. Cuman masalahnya tinggal waktu saja. Mau kapan dibongkarnya?” kata Adit.
Selain itu, kata Adit, pihaknya telah memprediksi bila ketahanan bambu tersebut bakal mampu maksimal 6 bulan jika tanpa perawatan. Kalau dirawat justru akan bertahan lebih lama, mungkin sampai 2 tahun.
“Itu jika kondisi normal dan tanpa perawatan, maka akan mampu bertahan sekitar 6 bulan. Jika dirawat, seperti diberi anti rayap dan dipernis, maka akan bertahan lebih lama, bisa sampai 2 tahun,” jelas Adit.
Adit tidak keberatan bila ternyata reflika menara eifel tersebut bakal dibongkar oleh Pemkab Tasikmalaya. Meski sangat disayangkan pembongkaran bukan atas memperhatikan aspek keselamatan, melainkan karena polemik yang terjadi pasca berdirinya replika menara Eiffel bambu tersebut.
“Kita sarankan 3 bulan memang harus dibongkar. Agar tidak terjadi resiko yang membahayakan,” ujar dia.
Terlepas dari daya tarik ataupun polemik yang muncul pasca berdirinya replika menara Eiffel bambu di lingkungan perkantoran Setda Kab. Tasikmalaya, harus diakui nama Kab. Tasikmalaya terdongkrak dengan adanya replika menara Eiffel bambu tersebut. Meski memang keberadaannya harus dibongkar karena tidak didirikan secara permanen. (Imam Mudofar)
Komentar