BANJAR, (KAPOL).- Dua pasien Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSU Kota Banjar dievakuasi melalui pintu darurat ke tempat aman, di halaman RSU Banjar.
Seorang pasien diselamatkan, naik blangkar dan seorang lagi menggunakan kursi roda, Jumat (17/11/2017).
Bersamaan pertolongan pasien tersebut, api berkobar dan dipadamkan pegawai RSU Banjar bersama personil Unit Damkar Banjar menggunakan mobil pemadam kebakaran dan alat pemadam api ringan (apar).
Asap hitam terus mengepul ke langit dan diduga api yang menimbulkan kebakaran tersebut, akibat konsleting.
Peristiwa pemadaman api di RSU Banjar dan menyelamatkan pasen tersebut, dalam acara simulasi pertolongan pertama jika terjadi kebakaran atau gempa. Aksi ini sempat jadi tontonan keluarga pasen dan masyarakat sekitar.
Direktur RSU Banjar, H. Herman Umar didampingi Panitia Pelaksana Simulasi, Wahyu Ariyanto, simulasi itu merupakan bagian dari rangkaian menuju akreditasi RSU Banjar.
Menurutnya, simulasi tadi diikuti 172 karyawan RSU Banjar, medis dan non medis. Semua unsur karyawan di RSU Banjar dilibatkan.
“Ini merupakan simulasi tahun kedua. Melalui simulasi pemadaman api dan pencegahan bahaya kebakaran itu diharapkan semua karyawan RSU selalu siaga terhadap segala kemungkinan bahaya yang tak terduka. Misal, kebakaran,” ujar H. Herman.
Dijelaskan Wahyu Ariyanto, jumlah Apar di RSU Banjar sekarang tercatat 40 unit. Idealnya di RSU Banjar memiliki 50 apar, setiap ruangan ada satu Apar atau dua apar.
Ruangan yang berpoteni dan rawan menimbulkan bahaya kebakaran, dikatakan dia, dipastikan mendapatkan perhatian khusus sekarang ini. Termasuk jumlah apar-nya dicukupi maksimal.
“Rawan mudah terbakar itu, ada di ruangan gizi karena ada kompor, ruangan genset dan ruangan penyimpanan farmasi akibat adanya alhokol dan barang lainya yang mudah terbakar,” kata Wahyu.
Pengendali Kebakaran UPTD Damkar BPBD Kota Banjar, Agung budiyawan, mengatakan, inti pengendalian situasi jika terjadi bahaya kebakaran atau gempa, diharuskan semua tenang.
“Kondisi pikiran dan hati yang tenang, dipastikan upaya penyelamatan diri dan pasen berjalan sukses. Karena, rangkaian pekerjaan yang harus diutamakan bisa dikerjakan terlebih dahulu,” tuturnya.
Justru, dikatakan dia, akibat kepanikan itu membahayakan. Karena, seringkali ada yang harus dikerjakan tidak dilaksanakan.
“Jika ada kebakaran atau gempa, pegawai RSU harus tenang dan segera menyelamatkan pasien atau kode red, selanjutnya dukomen atau arsip,” ucapnya.
Penyelamatan itu semua, kata dia, disesuaikan dengan tugasnya masing-masing,” ujarnya.
(D.Iwan)***