​Rumah Terbakar Setahun Lalu, Satu Keluarga ini Tinggal di Bekas Kandang Domba

HUMANIORA18 views


TARAJU, (KAPOL).-
Sungguh sangat miris nasib yang menimpa satu keluarga di kampung Cibudug, Dusun Paguyuban, Desa Purwarahayu, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya ini. Pasca musibah kebakaran 1 tahun lalu, hingga kini mereka sama sekali tidak memiliki tempat tinggal. Alhasil mereka pun terpaksa harus tinggal dalam gubuk sempit berukuran 2×6 meter yang merupakan bekas kandang kambing.

Meski kini kandang kambing tersebut telah dikosongkan, akan tetapi kandang tersebut juga diisi oleh beberapa ekor ayam. Sehingga setiap harinya, keluarga yang terdiri dari 8 jiwa ini harus berbagi tempat tinggal dengan ayam serta dua ekor anjing. Bau tidak sedap kotoran ternak dan anjing tercium menyengat ketika memasuki ruangan gubuk. Namun hal tetsebut nampaknya seolah sudah biasa bagi keluarga ini.

Dari keterangan yang dihimpun KP,  gubuk tersebut merupakan milik keluarga Tajudin (65) dan istrinya Udah (50). Mereka memiliki 12 orang anak, namun saat ini hanya 6 orang anaknya saja yang masih tinggal segubuk bersama mereka. Sementara yang lainnya kini telah berumah tangga dan tinggal terpisah di kampung lain.

“Sudah sekitar 1 tahun tinggal disini. Bagaimana lagi, setelah musibah rumah kami kebakaran, maka kami tidak punya tempat tinggal lagi. Terpaksa tinggal di gubuk bekas kandang kambing ini,” jelas dia.

Tempat tinggal keluarga Tajudin memang sangat jauh dari kata layak. Lantai hanya beralasakan tanah, sementara atap hanya ditutupi oleh sisa-sisa genting dan terpal bekas. Jika hujan pun, bocor terjadi hampir diseluruh bagian gubuk. Genangan air pun sudah lumrah dirasakan setiap kali hujan besar. Bahkan sejumlah ular dan serangga liar kerap masuk ke dalam rumah.

Kondisi semacam ini memang tidak bisa dihindari. Mengingat bangunan gubuk hanya ditempel pada sebuah tebing setinggi 3 meter. Lokasi ini berada di tengah kebun singkong yang semula tempat berdirinya bangunan rumah panggung yang terbakar. Tajudin tidak berharap banyak selain ada kepedulian dan uluran tangan agar keluarganya memiliki hunian yang lebih layak dan manusiawi. Namun penghasilannya sebagai buruh sadap gula aren yang paling besar hanya Rp 10.000 – Rp 20.000 sehari, mustahil bisa membangun rumah yang lebih memadai.

“Dulu pun rumah panggung kami yang terbakar hasil uluran tangan masyarakat dan pemerintah desa. Jika sekarang saya membangun gubuk ini sendiri,” terang dia.

Sementara itu Kepala Desa Purwarahayu, Hada membenarkan jika nasib keluarga ini sangat membutuhkan uluran tangan. Pasca musibah kebakaran 1 tahun lalu, kini mereka hanya tinggal di gubuk yang lebih layak disebut kandang kambing atau kandang ayam. Sebab disana merupakan bekas kandang ternak. Untuk tidur mereka hanya mempergunakan bangku panjang, serta berderet dan tumpang tindih satu sama lain layaknya ikan pindang.

“Untuk perabotan rumah tangga pun tidak ada. Pasalnya semua barang milik mereka dulu habis ikut hangus dalam musibah kebakaran,” ujarnya.

Pihaknya memang sudah mengusulkan keluarga ini dalam bantuan rumah tidak layak huni kepada pemerintah daerah, akan tetapi hingga kini belum ada kepastian apakah bakal mendapatkan bantuan atau tidak. Sementara untuk bantuan lain seperti Jamkesmas dan program keluarga harapan (PKH) Dinas Sosial, diketahui keluarga ini mendapatkannya. (Aris MF/Jalal/Imam Mudofar)