KOTA, (KAPOL).-Banjir cilencang yang belakangan ini kerap terjadi di sejumlah ruas jalan di perkotaan Garut, selain disebabkan banyaknya saluran air (drainasse) yang tak berfungsi, dan curah hujan tinggi juga oleh sampah.
Kepala Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Garut, Uu Saepudin mengatakan, banyaknya sampah yang dibuang pada saluran air disebabkan pula masih lemahnya
kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
“Ya kan, banjir itu akibat curah hujan tinggi, saluran air tak berfungsi, dan sampah yang dibuang ke gorong-gorong, saluran air, kali, sungai lambat laun akan menumpuk dan terjadilah banjir,” kata Uu di Kantornya, Jumat (28/4/2017).
Menurut mantan Kepala SDAP Kab. Garut itu, mestinya masyarakat sadar dengan terjadinya banjir bandang ahir tahun 2016 lalu menjadi cambuk atau pelajaran agar tidak membaung sampah sembarangan.
“Banjir bandang sepertinya belum begitu membuat jera sebagian orang yang tidak bertanggungjawab. Masih saja ada yang buang sampah ke sungai, kali, gorong-gorong, dan saluran air lainnya.” ucapnya.
Sebagaimana diketahui, belakangan ini dikawasan perkotaan garut sering banjir setiap turun hujan. Meskipun hujan turun tidak begitu deras, tetapi banjir cilencang kerap terjadi di sejumlah ruas jalan, seperti di Jalan Pembangunan yang tak jauh dari pusat perkantoran Pemkab Garut, lalu di Jalan Jendral Ahmad Yani, Ciledug, Gatot Subroto dan ruas jalan lainnya.
Sementara itu, warga yang tinggal di Jalan Terusan Pembangunan menilai, banjir disebabkan terlalu kecilnya ukuran saluran air.
“Memang penyebabnya tak hanya sampah saja, kami melihat banjir disebabkan pula saluran air yang kecil, ukurannya terlalu dangkal, lebarnya juga terlalu sempit. Kalau volume air tinggi jelas air akan meluap ke badan jalan. Nah masalah saluran air juga harus di periksa, jangan sampai harusnya setengah meter ini malah 40 centimeter,” kata Rahadian (45) warga Jalan Pembangunan, Kec. Tarogong Kidul, Minggu (30/4/2017). (Dindin Herdiana)***