TASIKMALAYA, (KAPOL).- Nama Vudu Abdul Rohman sudah tak asing lagi di mata penggerak literasi Kota Tasikmalaya. Pria kelahiran Tasikmalaya, 7 Juni 1983 ini terlibat aktif menghidupkan budaya literasi lewat Komunitas Pers Cilik Cisalak (Percisa) yang ia dirikan sejak 2010 lalu.
Selain aktif menggerakan budaya literasi, ternyata guru di SD Negeri Cisalak ini juga aktif menulis. Artikelnya tentang berbagai macam hal mengenai budaya literasi, pendidikan dan yang lainnya kerap menghiasi berbagai surat kabar.
Baru-baru ini Vudu baru saja menerbitkan buku terbarunya. Buku itu diberi judul “Sepucuk Surat dari Sunyi.” Buku tersebut baru saja dibedah, Minggu (7/5/2017) kemarin. Penyair sekaligus budayawan Tasikmalaya, Acep Zamzam Noor membedah langsung karya guru SD yang pada momen Hardiknas kemarin dipanggil oleh Presiden Jokowi ke Istana Negara.
“Buku ini merangkum artikel-artikel dan tulisan saya selama ini. Berisi tentang keresahan rendahnya minat baca dan budaya literasi di Tasikmalaya,” kata Vudu.
Pembedah, Acep Zamzam Noor mengaku kaget saat disodorkan buku “Sepucuk Surat dari Sunyi” karya Vudu. Pasalnya, kata Acep, selama ini ia mengenalnya bukan sebagai seorang penulis. Tapi penggerak literasi.
“Seorang guru sekaligus pegiat literasi mencoba berbagi pengalaman gerakan melalui tulisan sangat penting dan harus diapresiasi,” kata Acep.
Menurut Acep, Vudu adalah seorang guru yang bukan saja bertanggung-jawab, tapi juga sangat menikmati pekerjaannya. Sebagai guru SD, ia mengajar tidak dibatasi jam pelajaran, di luar kelas ia terus membina murid-muridnya, melatihnya dalam berkesenian, mendorongnya menulis dan membaca sastra, memperkenalkan dunia jurnalistik serta melibatkan mereka dalam gerakan literasi di kalangan sekolah dasar.
“Tulisan-tulisan dalam buku ini merupakan upayanya dalam berbagi pengalaman selama mengajar baik di dalam kelas maupun luar kelas, termasuk pengalamanannya sebagai aktivis gerakan literasi,” imbuhnya.
Vudu di mata penyair yang telah menerbitkan banyak buku antologi puisi yang sekaligus pendiri Sanggar Sastra Tasikmalaya ini, adalah guru SD yang langka, bukan saja langka di Tasikmalaya tapi juga di Indonesia.
“Tulisan-tulisan dalam bukunya sangat penting untuk dibaca rekan-rekan sejawatnya, pengalamannya harus sangat dihargai dunia pendidikan,” ucap putra tertua dari K. H. Ilyas Ruhiat. (Imam Mudofar)