Si Jalak Harupat, Tim Sukses Sukarno-Hatta

KANAL34 views

TASIKMALAYA, (KAPOL).- Masyarakat di tatar Pasundan tentu familiar dengan nama Otista. Nama itu banyak ditemui sebagai nama jalan. Tapi sepertinya banyak yang belum tau siapa Otista sebenarnya.

Otista singkatan dari nama Oto Iskandar di Nata. Dia adalah tokoh pergerakan dan pahlawan nasional dari bumi Pasundan. Kebesaran nama, dedikasi dan perjuangannya mencatatkan nama prian yang berjuluk Si Jalak Harupat ini sebagai Menteri Negara pada Kabinet Republik Indonesia pertama.

Ironisnya, di balik kebesaran nama Oto Iskandar di Nata, pupuhu Paguyuban Pasundan itu harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang mengenaskan. Ia dibunuh pada 20 Desember 1945 oleh sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam.

Bahkan sampai hari ini jasad Oto belum jua ditemukan dan penyebab kematiannya pun masih misterius.

Iip D Yahya, sejarawan asal Salawu Kabupaten Tasikmalaya adalah orang yang mendalami siapa Oto sebenarnya. Meski bukan yang pertama, biografi Oto yang ditulis Iip jadi bukti keseriusannya menggali dan mendalami Otista.

Bahkan yang terbaru, Buku Oto Iskandar di Nata The Untold Stories telah terbit. Dan Sabtu (5/8/2017) buku itu dibedah di Kantor PCNU Kota Tasikmalaya pada acara bedah buku yang digagas Lesbumi PCNU Kota Tasikmalaya.

“Buku ini merupakan edisi revisi. Ditulis dengan bahasa yang sederhana agar lebih mudah difahami oleh generasi muda,” kata Iip. Iip menuturkan banyak data sejarah tentang Oto yang belum terungkap.

Semisal, kata Iip, Oto merupakan salah satu anggota sidang PPKI dan BPUPKI. Pada saat itu, situasi tengah genti. Agenda besar proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah di depan mata. Tapi di sidang PPKI dan BPUPKI belum menemui titik temu tentang siapa yang akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden saat itu.

“Para peserta yang hadir mengambil jalan tengah agar dilakukan voting untuk menentukan siapa Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama,” tutur Iip.

Di tengah situasi yang genting itu, Oto berdiri dan mengambil inisiatif agar tidak dilakukan voting, melainkan mengajukan dan menyepakati yang diajukannya itu sebagai Presiden dan Wakil Presiden Repulbik Indonesia pertama. Dan Oto mengusulkan Sukaro-Hatta untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama.

“Oto kemudian menanyakan kepada peserta yang hadir, setuju? Setuju? Dan para peserta sidang akhirnya menyetujui Sukarno-Hatta, atas prakarsa yang diusulkan Oto, menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama. Bisa dibilang Oto ini tim sukses Sukarno-Hatta. Tapi biasanya nasib tim sukses ini setelah yang diusungnya sukses, ia dilupakan. Begitu kria-kira nasib Oto,” papar Iip.

Selain itu, lanjut Iip, ada banyak fitnah sejarah yang ditujukan langsung pada sosok Oto. Padahal fitnah tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta dan data-data sejarah yang ada. Semisal, Oto yang dituding sebagai penghianat karena menerima uang sejuta gulden dari Pemerintah Belanda.

Padahal, kata Iip, uang itu tidak hanya diterima oleh Oto, tapi juga oleh rekan-rekannya yang lain, termasuk Sukarno-Hatta. Uang itu dibagi untuk dijadikan modal perjuangan.

“Pertanyaannya kenapa ditujukan ke Oto saja? Sedangkan yang lain tidak. Ini bukti bahwa produksi hoax (berita bohong, red) sudah ada sejak dulu,” tutur Iip.

Buku Biografi Oto Iskandar Di Nata The Untold Stories ini, kata Iip, mencoba menjawab banyak pertanyaan sejarah tentang Oto yang belum terungkap ke permukaan.

Terlebih sebagai seseorang berdarah Sunda-Tasikmalaya, Iip merasa memiliki kewajiban untuk meluruskan sejarah tentang Oto yang sempat pincang dan bengkok. (Imam Mudofar)