TASIKMALAYA, (KAPOL).-
Pendekatan yang mempertimbangkan karakteristik dan kompetensi dasar, menjadi penekanan pembelajaran di kalangan siswa berkebutuhan khusus.
Demikian diungkapkan Wakasek Kurikulum SLB Negeri Tamansari Yayat Supriatna S, S.Pd. Dia menjelaskan penyelenggaraan pendidikan di SLB yang bersifat fleksibel dan akomodatif ini sebagai upaya pihaknya untuk memenuhi keberagaman kebutuhan unik dari para siswa.
“Kami tidak bisa saklek menerapkan A hingga Z, seperti di sekolah pada umumnya. Maka itu, kurikulum yang ada telah dimodifikasi sesuai dengan dimensi karakteristik khusus tersebut. Kami harapkan ini bisa mendorong potensi kecerdasaan serta bakat peserta didik ini lebih berkembang,” ujarnya dijumpai di sekolah, Senin (19/9/2016) kemarin.
Tak heran, salah satu siswa dari SLB kelompok B pun baru saja mengukir prestasi di bidang seni lukis dengan masuk ke dalam 6 besar tingkat nasional untuk ajang besutan Kemendikbud, yakni FLS2N yang digelar di Menado. Pihaknya mengaku bangga atas capaian kali itu, terlebih saingannya pun begitu beragam dan sangat ketat.
“Tentu ini memotivasi kami untuk bisa senantiasa mengakomodir keberagaman kebutuhan unik para siswa, karena kami berkeyakinan setiap anak pada dasarnya memiliki potensinya masing-masing, tanpa terkecuali. Termasuk halnya di anak-anak berkebutuhan khusus ini pun demikian, keterbatasan yang ada bukan penghalang untuk berprestasi,” tambahnya.
Sekolah yang masih berusia empat tahun ini pun memiliki visi untuk tahun 2019 nanti, menjadi sekolah aktif dan percontohan di bidang industri dengan muatan dan kearifan lokal yang ada. “Kami ingin membekali lifeskill anak-anak dengan potensi home industri di sekitar sini, jadi nantinya pun bisa bersinergi dengan masyarakat karena akan sangat positif untuk kemandirian dan dimensi sosial siswa. Bagaimanapun setelah selesai menempuh pendidikan didik yang berjenjang ini, mereka akan kembali ke masyarakat, dan kami mencoba mempersiapkan itu,” papar Yayat. (Astri Puspitasari)***