TASIKMALAYA, (KAPOL).-Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) DCI Tasikmalaya baru saja menggelar Dies Natalis ke 18.
Di usia yang sudah matang ini, Sekolah Tinggi yang berada di bawah naungan Yayasan Digita Loka semakin mengukuhkan diri untuk menjadi pencetak technopreneur.
Ketua STMIK DCI Tasikmalaya, Dr Djadja Achmad Sardjana mengatakan teknologi informatika yang begitu berkembang pesat saat ini harus ikut memberikan nilai tambah pada seluruh sendi-sendi kehidupan.
“Kita tidak hanya ingin melahirkan lulusan yang kompeten, profesional, dan berdaya saing. Namun juga mereka harus berwawasan lokal dengan kemampuan informatikanya. Misal di Tasik ini, ada payung geulis, beras organik, ini coba kita digitalisasi,” ujarnya, Kamis (13/7/2017).
Guna mendukung misinya, STMIK DCI pun menggagas inkubator bisnis digital yang rencananya akan langsung diresmikan Ketua KADIN Jabar. Dimana tidak hanya mahasiswanya saja yang dapat berkecimpung di dalamnya, namun juga masyarakat.
Mereka juga saat ini telah mendirikan Pusat Pelayanan Teknologi Informasi yang juga dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
Dalam kegiatan akademiknya pun, sentuhan digital terus dibawa STMIK DCI. Tak jarang mereka mendatangkan pakar atau dosen dari luar kota bahkan luar negeri dalam bantuan teknologi virtual, dimana dosen lokal berperan menjadi fasilitator.
“Ini persembahan kita sebagai kampus yang kurang lebih 18 tahun concern di TI. Kita ingin tools berupa TI ini bisa merevitalisasi dan memberikan banyak perubahan yang positif,” tambahnya.
STMIK DCI sendiri didirikan pada masa reformasi Indonesia, otonomi daerah, dan derasnya isu globalisasi dunia berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 116/D/O/1999.
Sejak lama, STMIK DCI Tasikmalaya memandang bahwa globalisasi dunia dan otonomi daerah berarti tantangan sekaligus persaingan baru bagi Tasikmalaya, serta lebih luas lagi merupakan tantangan bagi kawasan Priangan Timur dan seluruh rakyat Indonesia.
Tantangan baru yang meliputi spesialisasi yang tajam, profesionalisme, individualisme, moralitas, hak asasi manusia (HAM), dan pola hubungan kerja dalam bentuk jaringan (network).
Begitu juga persaingan baru mencakup standarisasi, perdagangan bebas, lingkungan hidup, dan masalah kualitas dengan penerapan teknologi canggih berbasis komputer, inilah yang coba STMIK DCI jawab melalui pendidikan.
“Era reformasi Indonesia bergerak menuju pola ekonomi kerakyatan dan otonomi daerah, ini menuntut pemberdayaan Sumber Daya Manusia dalam mengembangkan potensi daerah agar mampu menjawab tantangan globalisasi tersebut. Kita coba ciptakan SDM sebagai modal menghadapinya,” tambah dia.
Ketua Yayasan Digita Loka, Wahyu Tri Rachmadi, menambahkan Dies Natalis kali ini juga sebagai bentuk syukur pihaknya bisa hadir di tengah masyarakat.
“Kita coba ingatkan lagi sejarah bagaimana DCI ini berdiri dan misi di dalamnya, agar mahasiswa juga seluruh stakeholder punya spirit yang sama untuk sama-sama membangun tidak hanya kampus, tapi daerah ini. Kolaborasi dan dorongan pentahelix di Tasik akan meningkatkan daya saing, melalui pencetakan technopreneur, kita sangat optimis,” kata dia. (Astri Puspitasari)***