BOJONGGAMBIR, (KAPOL).-Jembatan gantung Leuwinanggung yang berada di kampung Cimuncang, Desa Cempakasari, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya mengancam keselamatan penyebrang. Hal itu dikarenakan kondisi jembatan yang sudah lapuk termakan usia. Hingga hanya tinggal menunggu waktu bisa kapan saja putus.
Kondisi ini sangat dikhawatirkan oleh masyarakat yang kerap memanfaatkan jembatan ini untuk berlalu-lalang menyebrang. Sebab jembatan ini sangat vital sebagai akses trasportasi warga ke Desa Simpang Kecamata Cikalong Kabupaten Garut. Sebab jembata ini kerap dipakai oleh warga dari dua kabupaten.
Menutut Kaur Sosial Pemerintah Desa Cempakasari, Usup (50), jembatan Leuwinanggung sangat bermanfaat bagi warga di dua kabupaten, yakni Tasikmalaya dan Garut, khususnya yang berada di wilayah perbatasan.
Selain aktivitas berladang, menjual hasil bumi dan ke pasar, jembatan inipun menjadi sarana bagi puluham siswa sekolah untuk mendapatkan pendidikan. Sebab banyak dari warga Cempakasari bersekolah ke wilayah Garut, maupun sebaliknya.
“Jadi setiap harinya siswa yang mau bersekolah memakai jembatan ini. Selain dipakai menyebrang untuk menjual hasil bumi dan berbelanja ke pasar di wilayah Singajaya Garut,” jelas dia.
Namun sayang, kondisi jembatan yang tua kini lapuk termakan usia. Bahkan beberapa bagian sling besi telah karatan dan nyaris putus. Bila itu dibiarkan, maka tidak mungkin perlahan bakal putus.
Yang dikhawatirkan warga nantinya bakal menelan korban jiwa ketika kebetulan sedang ada warga yang melintas. Apalagi ketika jebatan terus-terusan dipakai beban berat, kendaraan seped motor yang juga bisa melintas.
Masyarakat berharap ada perhatian pemerintah dalam memperbaiki badan jembatan sepanjang 80 meter dan lebar 1,5 meter tersebut. Seperti halnya beberapa tahun lalu ada jembatan sejenis di arah hilir yang dibangun oleh TNI dan sebuah yayasan.
Masyarakat pun telah berupaya memperbaiki meski secara swadaya. Namun hal ini dilakukan terbatas karena biaya yang tidak bisa terkumpul besar.
“Paling perbaikan hanya mengganti bantalan anyaman bambu yang telah rusak saja. Jika mengganti sling baja, kawat pengaman hingga pondasi jembatan itu tidak mungkin karena biayanya terlalu besar,” ujar dia.
Jembatan Leuwinanggung juga sempat menelan korban jiwa warga yang melintas dan jatuh ke sungai dengan tinggi 10 meter tersebut. Hal itu terjadi karena jembatan ini tidak memiliki kawat pengaman di kedua sisinya. Hingga ada seorang penumpang sepeda motor yang terpental dari kendaraanya dan terun langsung ke sungai berarus deras tersebut.
“Kalau yang janji ingin memperbaiki banyak, termasuk Caleg dan Wakil Gubernur saat ini, ketika sedang kampanye. Namun mereka kini sudah lupa janjinya,” paparnya. (Aris Mohamad F/Jajal)***