TASIKMALAYA, (KAPOL).-
Tasikmalaya memiliki potensi air yang luar biasa. Arus sungai Ciwulan membentang sepanjang 114 km yang memisahkan Kota dan Kab. Tasikmalaya. Dulunya, sebelum administrasi pemerintahan dibagi menjadi Kota dan Kab. Tasikmalaya, sungai Ciwulan ini mengairi Tasikmalaya secara utuh.
Sungai Ciwulan sendiri mengalir dari mulai Kab. Garut, terus melintasi Kota Tasikmalaya dan Kab. Tasikmalaya. Ada banyak sungai di Kab. Tasikmalaya yang bermuara ke Sungai Ciwulan. Muli dari sungai Cikunir di Kec. Sukarame, sungai Cimawate di Kec. Tanjungjaya dan anak sungai lainnya. Tak pelak arus sungai Ciwulan ini jadi surga tersendiri bagi para pecinta olah raga arung jeram, khususnya yang ada di Tasikmalaya. Sayangnya potensi alam yang begitu luar biasa ini tidak mampu dimanfaatkan dengan baik. Bahkan kondisinya pun sangat memprihatinkan.
Kapol mendapat kesempatan untuk melakukan ekspedisi sungai Ciwulan dengan mengendarai perahu karet milik Pengcab FAJI (Federasi Arung Jeram Indonesia) Kab. Tasikmalaya, Jum’at (15/1/2016) pagi. Start dimulai dari sungai Cikunir di Kelurahan Cibeuti Kec. Kawalu Kota Tasikmalaya yang berbatasan langsung dengan Kec. Sukarame Kab. Tasikmalaya. Pemandangan tak sedap sudah terasa di titik tersebut. Tumpukkan sampah rumah tangga membuat keelokan sungai itu jadi sedikit berkurang. Sepanjang sungai yang memiliki beberapa track jeram extream ini di tepiannya dipenuhi dengan sampah. Mulai dari sampah rumahan sampai dengan sampah industri. Bahkan air sungainya pun sudah mulai tercemar.
“Limbah-limbah pabrik juga pada dibuang ke sini (sungai Ciwulan, red). Sedimentasi atau pendangkalan dan pencemaran sungai ini setiap hari terjadi,” kata Sekertaris Pengcab FAJI Kab. Tasikmalaya, Nana Magadir sembari mendayung perahu karet yang digunakan untuk mengarungi derasnya arus sungai Ciwulan.
Jika kondisi tersebut dibiarkan, kata Nana, tidak dalam waktu singkat sungai Ciwulan menjadi dangkal. Terlebih saat ini, imbuh Nana, populasi manusia terus bertambah. Di beberapa titik sungai Ciwulan berada tepat di kawasan padat penduduk. Ditambah dengan limbah pabrik dan rumah produksi yang setiap harinya dibuang ke sungai Ciwulan. Membuat kondisi lingkungan di sungai Ciwulan kian hari kian terancam.
“Padahal sungai Ciwulan ini sangat sentral bagi masyarakat Kab. Tasikmalaya. Setidaknya ada 102.000 hektar lahan pertanian yang terairi sungai Ciwulan,” kata Nana.
Selain untuk pertanian, kata Nana, sungai Ciwulan juga menarik jika dikembangkan sebagai sektor pariwisata olahraga arung jeram. Sungai Ciwulan ini, ujar Nana, memiliki debit air 116,90 meter kubik setiap detiknya. Karakter ini sangat cocok bagi para pecinta olahraga arung jeram. Bahkan setiap harinya, sungai Ciwulan digunakan untuk latihan atlet arung jeram baik Kota maupun Kab. Tasikmalaya.
“Kalau dikelola dengan baik, saya yakin sungai ini bisa membawa berkah bagi sektor wisata di Tasikmalaya,” ujar Nana yang juga Ketua DPD KNPI Kab. Tasikmalaya.
Sayangnya, ujar Nana, baik pemerintah Kota maupun Kab. Tasikmalaya sepertinya kurang memiliki ketertarikan untuk mengembangkan potensi sungai Ciwulan. Mereka lebih memilik acuh dengan potensi tersebut. Ironisnya, pemerintah sendiri seolah menutup mata dan membiarkan sungai Ciwulan berada dalam ancaman.
“Kita bisa lihat sepanjang track tadi banyak sampah di tepian sungai. Ini kan ironis. Sungai Ciwulan seolah jadi potensi alam yang terabaikan. Malah sekarang kealamiahannya terancam,” kata Nana.
Pengcab FAJI Kab. Tasikmalaya sendiri, ujar Nana, sudah berulangkali mendorong dan menyampaikan hal tersebut ke Pemerintah Kab. Tasikmalaya melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Tasikmalaya. Meski demikian, ujar Nana, sampai saat ini belum ada tanggapan serius. (Imam Mudofar)
Komentar