Syarif Hidayat Memandang Para Kandidat

POLITIKA66 views
image
Syarif Hidayat

KAWALU, (KAPOL).-
Para kandidat yang akan maju di Pilkada Kota Tasikmalaya 2017, membuat mantan Wali Kota Tasikmalaya periode 2007-2012, Syarif Hidayat bangga. Pasalnya Kota Tasikmalaya memiliki kader terbaik sehingga kepada yang sudah menyatakan siap, harus diapresiasi dengan baik pula.

Salah satunya kepada para pendatang baru yang antara lain Miftah Fauzi, Dicky Chandra, dr. Asep Hidayat, Nanang Nurjamil dan Budi Mahmud.

Syarif menilai mereka memiliki keberanian penuh karena harus bersaing dengan para kandidat yang boleh dibilang sudah “makalangan”.

Misal kepada petahana Wali Kota, Budi Budiman, Syarif memiliki penilaian tersendiri bahwa Budi seorang pengusaha yang berhasil menjadi penguasa. Sehingga segala kebijakan pemerintahannya lebih ditonjolkan pada proyek infrastruktur besar karena Budi paham itu.

“Yang saya tahu Budi itu pengusaha yang jadi penguasa. Maka infrastruktur digenjot,” kata dia saat “talk show” menuju bale kota bersama Priangan TV, Jum’at (27/5/2016).

Meski demikian, apa yang dilakukan Budi merupakan kelanjutan pemerintahan sebelumnya karena pondasi pembangunan memang sudah diletakan sejak era Bubun Bunyamin dan Syarif Hidayat sendiri.

“Termasuk itu sekolah pilot dan penerbangannya. Saat itu saya ingin ada sekolah paling tinggi. Maka itu sekolah pilot,” ujar Syarif sambil tertawa.

Mengenai petahana Wakil Wali Kota, Dede Sudrajat, Syarif mengenal dekat saat berpasangan dengan dia. Kala itu PBB menawarkan Dede Sudrajat mendampingi Syarif di Pilkada 2007.

“Hayu wae ceuk saya teh. Yang saya tahu Dede adalah politisi karena pernah di DPRD Kabupaten Tasik. Kalau dibilang pengusaha ya bukan pengusaha Dede mah. Kalau bapaknya iya pengusaha,” ucapnya.

Menarik sekali tentang sosok Miftah Fauzi yang berhasil merebut kepemimpinan PAN Kota Tasikmalaya dari Heri Hendriyana. Selaku mantan Ketua DPD PAN Kota Tasikmalaya, Syarif melihat Miftah Fauzi sebagai pemberani.

Miftah berani tampil di Pilkada Kota Tasikmalaya meski bukan asli orang Tasikmalaya, sehingga butuh keberanian tersendiri kalau orang luar nyalon di daerah lain.

“Coba lamun urang Tasik nyalon di Banten. Pasti kudu dedepean heula kaditu kadieu. Kan urang Tasik mah balageur. Nyak sok wae,” tuturnya.

Selain itu warna PAN dibawah kendali Miftah tak hanya biru. Pasalnya Miftah sendiri pernah aktif dibeberapa partai dan sekarang berlabuh di PAN.

“Jadi PAN teh pelangi ayeuna mah. Aya tiditu tidieu beda jeung baheula. Ini fenomena baru,” katanya sambil kembali tertawa.

Dan mengenai sosok Heri Hendriyana  perlu konsistensi tinggi tidak boleh mundur maju karena hidup adalah pilihan.

“Meunang pernah, eleh oge pernah saya mah. Nyak kitu politik mah ngarana ge tanding. Heri kudu wani ulah siga unur-unur,” ujarnya.

“Kalau Denny Romdoni mah politisi. Kalau dr. Asep ya dokter anak. Ia sudah punya modal sosial dikenal oleh ibu-ibu. Tinggal melebarkan ruang saja,” ucap Syarif.

Perbincangan dengan Syarif yang akan disiarkan pada Selasa (31/5/2016) pukul 20.00 ini hampir memakan waktu satu jam. Dan Syarif mengaku tidak ada minat untuk kembali tampil menuju Bale Kota meski masih ada kesempatan karena baru satu menjabat Wali Kota Tasikmalaya.

“Saat ini belum terpikirkan nyalon. Saya fokus dulu di PD Muhammadiyah,” tuturnya mengakhiri perbincangan dalam program menuju bale kota. (Jani Noor)