TASIKMALAYA, (KAPOL).- Zihan (20) warga Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya terpaksa harus pindah rumah sakit. Pemilik kartu BPJS kelas 2 yang menderita usus buntu kronis itu tidak bisa mendapatkan pelayanan operasi di RSUD dr. Soekarjo Kota Tasikmalaya.
Diani Safarina (36), keluarga Zihan yang mengantarnya ke RS Dr Soekardjo mengatakan, awalnya dokter tidak bersedia menjelaskannya. Setelah didesak, baru terungkap jika perusahaan obat menyetop pasokan obat bius karena pihak rumah sakit belum bayar obat.
Menurut informasi rumah sakit tersebut menunggak pembayaran obat-obatan karena pihak BPJS Kesehatan belum membayar klaim biaya pengobatan pasien kepada pihak rumah sakit sebesar Rp24 miliar.
“Ada surat edaran dengan Nomor 440/06/PEL tertanggal 13 Januari 2017 yang ditandatangani Kabid Pelayan RS Dr Soekardjo Budi Tirmadi. Ini jadinya yang dirugikan masyarakat, kata Diani, Selasa (17/1/2017).
Tintin (49), ibunda Zihan menjelaskan anaknya masuk IGD RS Dr Soekardjo pada Jumat pagi pukul 08.00 WIB. Namun hingga Jumat petang, anaknya tak kunjung mendapat tindakan operasi.
Begitu mengetahui tidak ada obat bius, Tintin segera mencari rumah sakit yang bisa segera menangani anaknya. Saat itu, ada rumah sakit swasta yang sanggup melakukan operasi. Namun Zihan terpaksa naik kelas dari kelas 2 ke kelas VIP.
“Kalau naik kelas begini harus ada biaya tambahan,” kata Titin.
Sementara itu, Wadir Keuangan RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, Herman menjelaskan tunggakan pembayaran obat kepada perusahaan obat itu karena ada klaim BPJS yang belum dibayarkan dari Pemerintah Kota Tasikmalaya Rp1,1 Miliar, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya Rp5,4 Miliar,
Perorangan Rp4 Miliar, dan BPJS Rp13 Miliar.
“Tunggakan yang belum dibayarkan itu sejak akhir tahun 2016. Pihak perusahaan obat akhirnya menghentikan pasokannya,” kata Herman.
Sementara itu, Kabid Pelayanan RS Dr Soekardjo Budi Tirmadi menegaskan pelayanan anestesi akan kembali dibuka pada Kamis (19/1/2017) mendatang.
“Ada atau tidak ada pasokan dari produsen obat-obatan, kami akan tetap melaksanakan operasi. Kamis nanti akan kami mulai lagi,” ujar Budi.
Direktur RS Dr Soekardjo Wasisto Hidayat mengatakan, terhentinya pelayanan operasi itu lebih diakibatkan karena tidak adanya obat anestesi. 20 produsen obat-obatan dari 40 yang biasa memasok obat telah menghentikan pasokan obatnya sehingga 30% item obat saat ini tidak tersedia di RS Dr Soekardjo. Padahal obat-obatan tersebut sangat dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat termasuk layanan operasi tersebut.
“Upaya yang saya lakukan, saya menghadap Pak Sekda. Bank BJB mau memberikan pinjaman sebesar Rp4 miliar tanpa jaminan,” kata Wasisto.
Meski ada bunganya, kata Wasisto, pinjaman ke BJB itu tetap dilakukan. Pasalnya mulai Kamis mendatang pelayanan operasi akan kembali berjalan sebagaimana mestinya.
“Produsen obat itupun telah kami kontak dan mau kembali mengirimkan obat setelah dibayar,” jelas Wasisto.(Imam Mudofar)