Tembus Pasar Asia, Australia dan Eropa, Pengrajin Kayu dan Bambu di Tasikmalaya Siap Hadapi MEA

EKBIS, KILAS30 views

TASIKMALAYA, (KAPOL).-

Sepertinya Pemerintah Kota Tasikmalaya harus sudah mulai melirik para pengrajin kayu dan bambu yang ada di Kota Tasikmalaya. Siapa sangka jika produk-produk mereka sudah tembus di pasar internasional. Seperti Rijki, pengrajin souvenir dari bambu dan kayu di jalan Leuwi Anyar Kota Tasikmalaya.

Menjelang bergulirnya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), Rijki mengaku dirinya sudah siap menghadapi tantangan itu. Saat ini, kata Rijki, kerajinan dari kayu dan bambu miliknya sudah tembus ke berbagai belahan dunia. Antara lain Australia, Korea dan beberapa negara di benua Eropa seperti Denmark dan Belanda.

“Untuk menghadapi MEA, yang pasti harus ada inovasi yang baru dan kita sedang merencanakan itu. Selama ada inovasi yang baru ya kita tidak takut sama persaingan. Karenna yang kita jugal ini produk yang orang di negara lain tidak punya,” kata Rijki, Minggu (10/1/2015).

Saat ini, kata Rijki, ia dan beberapa pengrajin lainnya tengah menyiapkan produk unggulan souvenir kerjainan dari kayu dan bambu. Nantinya produk itu akan diikutsertakan dalam berbagai macam pameran baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Produk yang tengah disiapkan, kata Dede,  berupa barang-barang property seperti pajangan dan hiasan, boneka kayu, pot tanaman kaktus dari kayu jati dan berbagai macam kerajinan lainnya.

“Prosesnya ini cukup panjang. Mulai dari kayu gelondongan, proses pemotongan, penghalusan, pengukiran sampai ke proses pemberian warna,” kata Rijki.

Salah satu konsumen Rijki adalah Lars Vejen Jensen. Laki-laki yang berprofesi sebagai arsitek dan designer itu kini jadi buyer tetap produk-produk kerajinan kayu dan bambu yang dibuat oleh Rijki. Tak tanggung-tanggung. Kamis (7/1/2016) lalu, Lars datang langsung dari Denmark untuk memesan serta mendesain langsung handycraft yang akan ia pasarkan di negaranya.

“Ada banyak potensi handycraft di Indonesia. Mulai dari kayu, bambu dan batu. Semuanya memiliki ciri dan keunikannya sendiri,” kata Lars.

Lars mengaku salah satu pecinta handycraft Indonesia. Ia mengoleksi banyak kerajinan tangan asal Indonesia. Sayangnya, kata Lars, proses pembuatan kerajinan tangan di Indonesia sebagian besar masih dikerjakan dengan manual. Tanpa bantuan alat modern.

“Tapi saya yakin suatu ketika akan beralih ke teknologi dan produk modern,” kata Lars. (Imam Mudofar)

Komentar