WADO, (KAPOL).- Angka perceraian di daerah atau di desa yang jauh dari perkotaan dinilai masih tinggi. Meski belum terakumulasi secara keseluruhan, data akta cerai yang diurus oleh pihak desa tergolong sangat banyak.
Dari sejumlah data kasus perceraian yang diungkapkan para kaur kesra atau lebe di sejumlah desa di Kecamatan Wado menyebutkan, meningkatnya perceraian banyak dipicu faktor ekonomi.
“Semua kasus peceraian yang terjadi memang gara-gara kesulitan ekonomi. Mereka bertengkar dan terkadang terjadi kekerasan seperti mukul atau nendang. Tidak kuat dengan keadaan biasanya si pihak istri minta cerai,” ujar penghulu Desa Ganjaresik, Asep Suryawan, Jumat (3/3/2017).
Sebenarnya, kata dia, setiap keluarga yang mengajukan bercerai, pihak desa selalu memediasi. Berupaya mendamaikan di tingkat desa. Namun dengan mediasi yang dilakukan oleh desa terkadang tidak dituruti saking sudah tidak harmonis antara suami dan istri.
“Pihak desa sudah berupaya berulang kali agar tidak terjadi perceraian. Kita sampai memanggil dan menasehati keduanya. Tapi kalau ada hal lain kan tidak bisa dihalang-halang,” katanya.
Ia menyebutkan, pernah mengurusi sampai 6 pasangan keluarga sekaligus yang hendak bercerai dalam tempo bersamaan. Sehingga pihak desa pun kewalahan. Dari data itulah kata dia, memang angka perceraian terus meningkat.
“Semua permasalahanna rata-rata dari kesulitan ekonomi,” katanya lagi.
Kondisi serupa diakui oleh perangkat di sejumlah desa.
Untuk mengantispasi hal itu tak lain pemerintah daerah harus bisa memajukan dan meningkatan ekonomi terutama warga di daerah.
Semakin sulit ekonomi, potensi perceraian pun bukan tak mungkin akan terus bertambah setiap waktunya.
“Kasus perceraian di setiap desa memang banyak disebabkan faktor ekonomi. Karena sulit ekonomi sulit untuk harmonis,” kata Kepala Desa Ganjaresik, Asep Sukmara.
Berdasarkan data dari catatan Pengadilan Agama pada tahun 2016 kasus perceraian menembus angka 2.400 pasangan. Kecamatan Wado ternyata salah satu wilayah Kecamatan yang menyumbang angka kasus perceraian. (Nanang Sutisna)***