PATARUMAN, (KAPOL).-Kondisi kemiskinan menyelimuti keluarga pasangan Méméd (76) dan Ny Jumsih (62), warga Rt 1, Rw 07, Dusun Margaluyu, Desa Mulyasari, Kecamatan Pataruman. Tepatnya, disebrang Mapolsek Langensari, terhalangi Jalan Raya dan Saluran Irigasi tujuan Lakbok sekarang ini.
Bertahun-tahun keduanya harus menderita sakit. Méméd mengalami stroke setahunan lebih. Kemudian, istrinya, Ny Jumsih tak bisa melihat, alias mengalami kebutaan sudah mencapai 3 tahunan sampai sekarang ini.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Nasib yang dialami keluarga Méméd terus menerus dihantui penderitaan. Hal itu sangat terasa sejak dirinya dipecat dari penjaga pintu air Lakbok Utara oleh BBWS tanpa dasar yang jelas sekitar tahun 1982 bersama 180 rekannya itu.
“Kehidupan kami merana sampai sekarang ini. Sedih, sekeluarga sakit,” ujar Méméd didampingi Jumsih yang terus menerus meneteskan air mata, kemarin.
Ditambahkan anak bungsunya, Ny. Yeyet (41), ditengah kondisi sekeluarga yang sakit tersebut, rumah yang biasa dihuni pun terasa sudah tak layak huni lagi, hujan sering bocor, jika malam seringkali mengalami kedinginan karena anyaman bilik rumahnya itu sudah banyak yang compang camping karena termakan usia dan tak pernah direhabnya selama ini.
Bantuan rumah tidak layak huni dari pemerintah belum juga diterimanya sampai sekarang ini. ” Kalaupun ada bantuan e-voucer dan BLT tempo dulu, sangat jauh untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari sekarang ini ,” ujar Ny. Yeyet.
Menyusul kenyataan yang serba kurang sumber keuangan tersebut, dirinya yang berprofesi buruh serabutan harus menanggung segala kebutuhan hidup kedua orangtuanya.
Itu, sebuah resiko sekaligus kewajiban seorang anak berbakti kepada orang tua saja. Kendati itu, dirinya berharap ada bantuan lain dari pemerintah, sebagai bentuk kepedulian terhadap keluarga tak mampu yang menderita aneka penyakit.
“Kebutaan yang dialami ibu saya, berawal dari minyak panas yang mucrat ke mata. Akibatnya, selama tiga tahun sampai sekarang tak bisa melihat. Kondisi seperti itu, ibu saya selalu ingin mengikuti pengajian ke mesjid terdekat walau jalan harus dibopongnya ,” ujar Ny. Yeyet.
Pada kesempatan itu, dia mengakui selama ini rumahnya numpang di tanah milik Kementrian PU pusat, samping aliran irigasi.
Ny.Yoyoh, istri ketua RT setempat emengaku, pihak lingkungan sudah berupaya mengajukan aneka bantuan. ” Bantuan yang mampu mencukupi kebutuhan keluarga Méméd, bersipat rutin bulanan belum ada,” ujar Ny. Yoyoh. (D. Iwan)***