TARKI, (KAPOL).- Dampak dari anjloknya harga bawang merah saat ini bukan hanya dirasakan para petani. Hal yang sama juga dirasakan para penjual, termasuk bandar.
“Saat ini bukan hanya petani yang dilanda kerugian akibat murahnya harga bawang merah. Para penjual termasuk juga bandar juga mengalami kerugian yang cukup besar,” ujar Iyang, produsen atu bandar sayuran di Pasar Induk Guntur, Kamis (31/1/2019).
Dikatakannya, kerugian yang dialami petani dikarenakan harga jual bawang merah yang sangat rendah. Sedangkan kalanngan penjual termasuk bandar mengalami kerugian karena menurunnya tingat pembelian.
Biasanya, tutur Iyang, ketika harga sakah satu komoditi sedang murah, maka tingkat penjualan akan naik karenna banyak yang membelinya.
Namun yang menjadi aneh, saat harga bawang benar-benar terpuruk seperti sekarang ini, pembeli pun sangat jarang.
Menurutnya, menurunnya tingkat penjualan bawang merah saat ini sangat drastis yakni mencapai sekitar 70 persen.
Hal ini tentu sangat dirasakan dampaknya bagi para pedagang atau bandar karena barang lebih banyak tertumpuk di gudang akibat kurang pembeli.
Di sisi lain Iyang menyebutkan hasil produksi bawang merah saat ini sangat melimpah.
Selain hasil panen di wilayah Garut yang melimpah, kiriman bawang merah dari daerah Jawa juga sangat banyak.
Iyang menduga sangat kurangnya pembeli terhadap komoditi bawang merah saat ini akibat melemahnya daya beli maasyarakat.
Dugaan ini menguat karena ternyata penurunan tingkat penjualan bukan hanya terdiri pada bawang merah tapi juga pada komoditas sayuran lainnya.
“Anehnya lagi bukan hanya pada bawang merah yang terjadi tingkat penurunan penjualan. Hal yang sama juga terjadi pada penjualan komoditas sayuran lainnya yang juga turun hingga sekitar 70 persen yang diduga akibat melemahnya tingkat daaya beli masyarakat,” katanya.
Diterangkan Iyang, saat ini harga jual bawang merah di tingkat produsen atau bandar sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per kilogram. Sementara di tingkat eceran berkisar antara Rp 12 ribu hibgga Rp 14 ribu rupiah per kilogram.
“Yang paling parah adalah harga beli produsen atau bandar terhadap petani yang hanya mencapai sekitar Rp 6 ribu hingga Rp 7 ribu per kilogramnya,” ucap Iyang.
Masih menurut Iyang, dipastikan dengan kondisi harga sayuran yang saat ini dalam posisi rendah baik harga julanya maupun harga belinya, maka yang paling dirugikan adalah petani.
Pasalnya ongkos produksi dari mulai proses tanam hingga panen belum lagi tingginya biaya obat-obatan seperti pupuk sangat tidak sebanding dengan harga jual.
“Belum lagi faktor cuaca dengan intensitas hujan yang sangat tinggi akhir-akhir ini yang tentu kian membuat para petani direpotkan dalam melakukan perawatan tanaman. Maknya para petani merupakan pihak yang paling dirugikan dengan kondisi seperti sekarang ini apalagi kiriman bawang merah dari luar daerah yang juga sangat melimpah,” kata Iyang. (Aep Hendy S)***