GARUT, (KAPOL).- Daging ayam potong mendadak menghilang bersamaan dengan sejumlah pedagang yang biasa berjualan dibeberapa Pasar Tradisonal di Kabupaten Garut. Bahkan kalau pun ada harganya sudah tidak wajar lagi.
Harga daging ayam melambung tinggi hingga mencapai Rp 40 – Rp 50 ribu per kilogramnya.
Padahal, ahir tahun lalu harga masih relatif normal masih dibawa Rp 30 ribu per kilogarmnya.
“Tadi kukurilingan di Pasar teu aya hiji-hiji acan anu icalan daging ayam. Saurna mah aya subuh tapi awis dugi ka Rp 40-50 rebu sakilona.
Siang mah total teu aya pisan. Abdi oge da peryogi kanggo icalan, tapi da teu aya barangna. Awis oge pami aya mah sakinteun, tapi ieu mah teu aya pisan, lebeung,” kata Mamah Misja pemilik warung nasi di Jalan Pramuka, Garut Kota, Senin (15/1/2018).
Hal senada diungkapkan Agus Sopian (42) pedagang sayur keliling yang biasa jualan ke perumahan-perumahan.
“Awis hayam teh bu Rp 40 rebu ti pasarna. Jabi langki deui anu icalanna oge, komo siang mah teua aya pisan,” ujarnya.
Menurut informasi, kelangkaan daging ayam ini dipicu karena harga daging ayam dari perusahaanya mahal, sehingga para pedagang pun melakukan aksi mogok berjualan.
“Harga anak ayam atau yang disebut DOC mahal, lalu berimbas pada harga ayam siap potong pun menjadi mahal. Kenapa saya tidak berjualan, karena saya dan pedagang ayam lainnya sepakat akan melakukan aksi mogok hingga Pemerintah turun tangan dan harga normal kembali,” kata Undang pedagang ayam potong di Pasar induk Guntur Ciawitali, kemarin.
Tidak diketahui sampai kapan para pedagang melakukan aksi mogok jualan ini. Karena, pedagang yang biasa berjualan pun mendadak menghilang.
“Saurna mah bade daremo di pasar teh moal ngical hayam, duka sabaraha dinten. Biasa na mah tos aya wayah kieu icalan tapi nembe ayeuna weh teu aya pisan na mah,” kata pedagang.
Akibat mahalnya harga daging ayam, para pedagang pun tak bisa menjual daging ayam. Padahal masyarakat banyak yang membutuhkan, baik untuk dikonsumsi sendiri, atau diolah sebagai kuliner untuk dijual kembali.
Sementara itu, Kepala UPT Pasar Guntur Ciawitali tak bisa dikonfirmasi, karena telphone selulernya tidak aktif. (Dindin Herdiana)***