TASIKMALAYA, (KAPOL).-Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMK dimulai sejak Senin (3/4/2017). Untuk Kota
Tasikmalaya sendiri, proporsi sekolah tingkatan SMK dan SMA sederajat yang menggelar UNBK tahun 2017 telah mencapai 100 persen.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Kota Tasikmalaya, Dr. H. Wawan S.Pd, MM mengatakan dari 50 SMK yang tersebar, sebanyak 45 sekolah mengikuti sistem ujian melalui komputer ini.
“Lima sekolah sisanya bukan karena tidak bisa, tetapi mereka belum ada siswa kelas XII-nya. Di Kota
Tasik ini, lebih dari 90 persen sekolah menggelar UNBK secara mandiri,” ujarnya dijumpai di sela pelaksanaan di SMK Negeri 2 Kota Tasikmalaya, Senin (3/4/2017).
Pasalnya, Wawan menjelaskan, inisiasi pemerintah pusat untuk mendorong semkin banyak sekolah
menyelenggarakan UNBK diikuti dengan langkah konkrit berupa bantuan fasilitas. Sekalipun sekolah
yang belum memadai bisa menumpang di sekolah lain.
“Minggu lalu ini baru saja bantuan-bantuan sarana turun dari Direktorat, sehingga memang sangat terbantu. Selain dari kita juga ikut dorong agar
ya sekolah bisa benar-benar gelar secara mandiri,” kata dia.
Berdasarkan juknis pelaksanaan UNBK sendiri, satu server dapat diisi 40 siswa. Misalnya, di SMK Negeri
2 Kota Tasikmalaya di mana siswanya berjumlah 800-an, tidak kurang dari 20 server disediakan.
“Makanya, kita bagi jadi 3 sesi, karena ada sekolah yang bergabung kita tarik di sini karena tidak ada
fasilitas,” tambahnya.
Menurut Wawan, pelaksanaan hari pertama berjalan lancar dan sesuai harapan, tidak ada kendala
berarti. UNBK sendiri sesuai data, diikuti 5195 siswa kelas XII di Kota Tasikmalaya. Di hari perdana, 15
orang berhalangan hadir.
“Karena memang kita berkaca dari tahun lalu, sudah sangat diantisipai untuk yang sekarang. Kita data sekolah, jumlahnya, daya listrik dan jaringan yang diperlukan, lalu disinergikan dengan pihak-pihak terkait yang Alhamdulillah proaktif menindaklanjuti,” ujarnya.
Hanya saja, ke depan menurutnya, sekolah-sekolah yang memang membutuhkan perangkat komputer
karena belum tersedianya fasilitas bisa diberikan perhatian khusus baik pemerintah daerah, masyarakat, ataupun sekolah itu sendiri.
“Sekarang komputer dan jaringannya sudah suatu kebutuhan, tidak dapat dielakkan. Tantangan satu-
satunya UNBK hanya itu saja, makanya kita harap ada kepedulian semua pihak terhadap pendidikan ini. Seperti di daerah lain, Surabaya, Jogja. Jateng itu bisa mandiri karena membantu kekurangannya, ini
yang ke depan harus mulai ke arah sana,” sambung pria yang juga Kepala SMK Negeri 2 Kota
Tasikmalaya ini.
Terlebih, UNBK yang setting-nya telah diatur sangat baik tinggal dijaga infrastruktur ini dinilainya
memiliki validasi tinggi untuk menjadi parameter kualitas pendiikan. “Hasilnya tidak main-main, jadi bahan introspeksi sekolah bersangkutan, baik pengawas, pemerintah,” kata dia. (Astri Puspitasari)***