Untuk Kemajuan Daerah, Pemerintah Harus Memberdayakan Sarjana Desa



TASIKMALAYA, (KAPOL).-Permberdayaan sarjana desa atau para sarjana yang berasal dari desa diperlukan untuk menumbuhkan kemajuan di tingkat Desa. Potensi ini bisa menjadi solusi bagaimana desa bisa semakin berdaya saing dalam menghadapi pasar global sekarang ini.

Ke depan titik tumpu pertumbuhan ekonomi tidak lagi berada di kota tetapi menyebar di setiap desa. Jika ini terwujud maka dengan sendirinya daerah akan semakin maju dan kesejahteraan masyuarakat semakin meningkat.

Demikian dikatakan oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Amanat Nasional, (PAN) Kabupaten Tasikmalaya, Deni Ramdani Sagara dalam sebuah diskuis dengan Kabar Priangan Jumat (3/3/2027).

Kata Deni sejauh ini banyak para sarjana yang memilih hijrah ke Kota, karena memang ruang untuk berkarya di Kota jauh lebih besar di bandingkan di Desa. Padahal kalau melihat sumber daya justru di desa banyak potensi yang bisa dikembangkan, khususnya sektor pertanian.

Di era globalisasi saat ini justru sektor pangan yang akan menjadi bidikan semua kalangan. Siapa yang menguasai pangan maka dia akan menguasai dunia. Dan ini harusnya dijadikan peluang bagi daerah untuk terus mengembangkan sektor pertanian atau pangan menjadi besar dengan memberdayakan sarjana desa.

“Saat ini sangat minim ada sarjana yang mau tinggal di desa. Justru setelah mereka lulus kuliah malah tinggal di kota untuk bekerja. Di sini pemerintah daerah harus peka dengan membuat program unggulan pemberdayaan sarjana desa tadi,” jelas Deni yang sudah dua kali menjadi Ketua DPD PAN Kabupaten Tasikmalaya.

Kata dia, pemerintah harus berani melakukan sebuah terobosan dengan memberdayakan sarjana desa sesuai dengan potensi yang dimiliki masing- masing desa. Kongkritnya, pemerintah harus berani menggeluarkan anggatan untuk merangsang para sarja desa bekerja menggali potensi yang ada di desanya masing-masing. Sehingga bisa menjadi magnet pertumbuhan desa.

“Jika desa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi maka tingkat ke majuan desa akan lebih pesat. Dan yang paling penting urbanisasi akan bisa ditekan. Satu sarja berdaya, setidaknya akan bisa membuka lowongan kerja bagi masyarakat lainnya,” terang dia.

Tegas dia, harus ada keberanian dari pemerintah untuk mengeluarkan belanja modal yang khusus dialokasikan untuk pemberdayaan sarjana di desa. Sehingga keilmuan sarja bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, dan bisa membuka lowongan kerja bagi masyarakat di daerah.

Disadari atau tidak, saat ini banyak sarjana pertanian yang keilmuanya tidak dimanfaatkan untuk memajukan daerah. Sehingga para sarjana tersebut memilih bekerja di daerah lain merantau ke kota lain atau bahkan malah ke luar negeri. Sehingga potensi pertanian di daerah masih belum termanfaatkan secara optimal.

Hasil pertanian Kabupaten Tasikmalaya misalnya sampai sejauh ini masih belum bisa menjadi potensi unggulan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Padahal potensi yang ada sangat berlimpah dan bernilai eksport,

Kabuapten Tasikmalaya dan daerah lainnya di Priangan timur juga Jawa Barat, sebagai daerah agraris sudah semestinya bisa menjadikan potensi pertanian sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Sehingga nasib petani bisa lebih sejahtera dan kemajuan daerah bisa lebih pesat lagi.

“Kabupaten Tasikmalaya saat ini ada 351 desa, maka jika satu desa ada sarjana yang diberdayakan sesuai potensi desa itu sendiri pemerintah harus memberdayakan 351 sarjana,” terangnya.

Namun sebelum dilakukan pola pemberdayaan, terlebih dahulu harus diadakan kajian studi yang bagus agar pola yang dikembangkan lebih terarah. Para sarjana yang berasal dari desa tersebut sebelumnya dibekali pelatiahan secara intensif.

Jika pola ini digarap secara serius, Deni yakin, desa akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomia di daerah sehingga akan menarik minat para pemuda desa yang berada di kota untuk pulang kampung dan bersama-sama membangun desa.

Sejauh ini tegas dia, sangat minim ada sarjana atau pemuda yang mau terjun secara langsung menggeluti sektor pertanian.Banyak pemuda yang memilih bekerja di kota karena memang lebih menjanjikan.
Jika kondisi ini tidak segera diantisipasi oleh pemerintah daerah, tidak menutup kemungkinan akan banyak lahan pertanian yang dijual oleh pemiliknya di desa karena tidak memberikan manfaat yang besar bagi peningkatan kesejahteraan.
“Kondisi ini harus bisa ditahan, dengan mencoba memberdayakan pemuda desa. Jika satu pemuda diberi modal 10 juta saja, untuk 351 desa butuh anggaran 3,5 miliar. Tetapi tingkat pertumbuhan bisa terkontrol dengan jelas,” terangnya. 
Kata dia, butuh terobosan dan keberanian dalam membangun daerah. Jangan sampai potensi alam dan sumber daya manusia yang ada di daerah atau desa, malah dibiarkan tanpa disentuh sama sekali. Jika ini terjadi maka selamanya d akan tertunggal dan tidak mengalami kemajuan yang berarti. 
Sejauh ini pihaknya terus beruyapa bagaimana daerah bisa lebib maju lagi dengan memberikan masukan kepada pemerintah daerah dab kepala daerah di Kabupaten Tasikmalaya. Tujuannya jelas, ingin Kabupaten Tasikmalaya tumbuh menjadi daerah yang maju pesat dengan memanfatakan potensi sumber daya alam yang berlimpah terutam di sektor agraris.
“Mestinya Kabupaten Tasikmalaya bisa lebih maju dibandingkan dengan Thaeland dan Pietnam, tetapi saat ini kedua negara tersebut jauh lebih maju di banding Indonesia di sektor pertanian bahkan bisa mengekspor hasil pertanianya ke Indonesia. Mereka benar-benar serius dalam mengelola sumber daya alamnya dan ini haru kita contoh,” jelasnya. (Abdul Latif)***