UTD PMI Garut, Bantah Minim Pasokan Darah ke RSU

LINIMASA14 views

GARUT, (KAPOL).- Adanya ratusan labu darah yang kadaluarsa di Unit Tranfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Garut, dibenarkan Kepala UTD PMI Garut, Rahmat Wijaya.

UTD PMI Garut juga menyayangkan kebijakan pihak Rumah Sakiu Umum (RSU) dr. Slamet Garut yang lebih memilih menggunakan darah dari PMI Kabupaten Bandung daripada darah dari PMI Garut.

“Memang benar, ada 200 labu lebih darah yang kadaluarsa pada Bulan September lalu karena tidak diserap oleh bank darah RSU dr. Slamet. Ini tentu sangat kita sesalkan,” komentar Rahmat, Senin (23/10/2017).

Pada akhirnya, tutur Rahmat, ratusan labu darah yang kadaluarsa tersebut terpaksa dibuang. Padahal untuk bisa mendapatkannya, selama ini PMI Garut harus bekerja keras.

Ini sebuah kejadian yang sangat tak diharapkan sehingga jangan sampai terulang ke depannya.
Dikatakan Rahmat, kejadian ini jelas merupakan sebuah kerugian besar bagi pihak PMI Garut.

Apalagi selama ini di Garut sangat sulit untuk bisa mendapatkan stok darah akibat kurangnya pendonor. Sementara itu ratusan labu darah yang sudah berhasil dikumpulkan malah terbuang sia-sia.

Rahmat menerangkan, jangka waktu penyimpanan labu darah maksimal selama satu bulan. Biasanya pasokan labu darah ke RSU dr. Slamet per bulannya mencapai 1.200. Namun pada September kemarin hanya 500 labu.

Setelah ditelusuri, tuturnya, ternyata pihak RSU dr. Slamet Garut malah minta stok darah ke PMI Kabupaten Bandung. Sementara stok darah yang ada di PMI Garut dibiarkan hingga akhirnya kadaluarsa dan harus dibuang.

Terkait alasan pihak RSU dr. Slamet Garut yang mengatakan pasokan darah dari PMI Garut selalu kurang, dengan tegas Rahmat membantah hal itu. Menurutnya, selama ini pasokan darah dari PMI Garut ke RSU dr. Slamet Garut selalu lancar sesuai kebutuhan.

“Modus kalau pihak RSU mengatakan pasokan dari kami selalu kurang. Itu sama sekali tidak benar karena setiap bulan pasokan dari kami selalu lancar,” katanya.

Kalaupun ada kekurangan pasokan dari PMI Garut, tambah Rahmat, seharusnya RSU tidak langsung minta ke PMI Kabupaten Bandung akan tetapi terlebih dahulu berkoordinasi dengan pihak PMI setempat.

Hal itu sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam Permenkes.

“Jika memang terjadi kekurangan, seharusnya pihak rumah sakit berkoordinasi dulu dengan PMI Garut, bukannya langsung minta ke PMI yang lain. Nantinya PMI Garut yang akan mencari kekurangan ke pihak luar. Arurannya memang seperti itu,” ucap Rahmat.

Diungkapkan Rahmat, selama ini pihaknya juga sudah menjalin kerja sama dengan PMI Kota Bandung. Setiap ada kekurangan, PMI Garut pasti minta ke PMI Bandung dan kekurangan yang terjadi pasti selalu dapat terpenuhi.

Masih menurut Rahmat, pihak RSU seharusnya mengutamakan pasokan dari dalam daerah terlebih dulu sebelum minta ke luar.

Menurutnya kerja sama dengan PMI Kabupaten Bandung dilakukan karena ketidaktahuan pihak RSU.

Lebih jauh disampaikannya, sejak beberapa tahun lalu pasokan darah ke RSU dr. Slamet tidak pernah terhambat.

Pihaknya pun pada 2016 yang menyarankan agar RSU dr. Slamet yang bertipe B memiliki bank darah. Keberadaan bank darah menjadi salah satu solusi untuk penyediaan darah di rumah sakit.

Dengan adanya bank darah di RSU, tambahnya, pasien tidak perlu mencari darah ke sana ke mari. Kalau pun di banka darah RSU kurang, maka pihak RSU tinggal ngontak PMI Garut yang akan langsung mengirimkan darah ke RSU.(Aep Hendy S)***