CIGALONTANG, (KAPOL).-Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya ke-387 tahun yang baru saja diperingati Pemkab Tasikmalaya pada 26 Juli 2019 kemarin nampaknya tidak bisa dirasakan nikmatnya oleh seluruh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya sendiri.
Tidak jauh dari pusat pemerintahan, masih banyak warga yang harus bertaruh nyawa hanya untuk menyebrangi sungai. Hal itu akibat jembatan gantung yang mereka pergunakan sangat membahayakan keselamatan.
Bagaimana tidak, jembatan bersil kawat baja yang terletak di perbatasan Desa Lengkongjaya Kecamatan Cigalontang dan Desa Serang Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya, sangat memprihatinkan. Selain kawat-kawat yang sudah berkarat dan terancam putus, bantalan jembatan pun hanya berupa gelondongan batangan bambu yang sudah kering terpanggang matahari.
Jembatan yang disebut warga setempat dengan nama jembatan Cipangarangan ini membentang diatas sungai Ciwulan dengan ketinggian sekitar 7 meter. Beberapa bambu bahkan terlihat patah dengan beberapa lubang menganga. Alhasil warga yang menyeberang sebenarnya bukan berjalan di atas jembatan, tetapi meniti batang bambu-bambu.
Kaswara (46) warga Kampung Rancak Desa Neglasari Kecamatan Salawu, yang kerap melewati jembatan ini mengaku sangat ngeri bila harus menyebrang jembatan Cipangarangan yang sekarang sudah rusak dan tidak terawat. Tak ayal, kecelakaan dan jatuhnya korban jiwa mengintai mereka yang melintas.
Menurutnya, jembatan gantung tersebut dibangun sudah cukup lama, namun fungsinya sangat vital. Jembatan tersebut, lanjutnya, dipakai warga beberapa kampung di wilayah Cigalontang dan Salawu seperti Cibaeud, Babedahan, Kadupandak, Cirama dan Jaerun.
“Sebagai akses penghubung dua kecamatan, Jembatan Cipangarangan sangat staraegis, terbilang jalur hidup lantaran dilintasi warga,” jelas dia.
Saat ia melintas, aliran sungai Ciwulan memang tidak terlalu deras karena tengah menyusut di musim kemarau. Namun arus sungai tersebut bakal menjadi deras saat musim hujan. Warga yang terjatuh dari jembatan dipastikan terseret arusnya. Ia berharap Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya segera memperbaiki jembatan tersebut.
“Jangan nunggu jatuhnya korban dulu, baru diperbaiki. Tetapi harus diantisipasi sejak saat ini,” tambahnya.
Dirinya juga mempertanyakan pembangunan Kabupaten Tasikmalaya yang lebih menyasar wilayah kotanya. Bahkan saat inipun Pemkab Tasikmalaya tengah menggelar hari jadi yang cukup fantastis.
Tokoh Masyarakat Kampung Cibaeud, Ustaz Gugun Gunawan (37), mengatakan bahwa Jembatan Cipangarangan merupakan akses yang sangat dibutuhkan warga sekitar. Pasalnya, sejak dahulu jembatan itu menjadi akses penopang kehidupan sosial ekonomi beberapa kampung di sana.
“Jika melintasi jembatan hanya 15 menit ke kampung sebrang. Tetapi setelah jembatan rusak, kini harus memutar dan memakan waktu hampir 1,5 jam dengan sepeda motor,” jelasnya.
Semenjak rusak parah dihempas air bah dua tahun lalu, kondisi jembatan memang semakin memperihatinkan. Dia menuturkan, semenjak itu beberapa warga dari Bebedahan yang menyekolahkan anaknya di daerah Cibaeud terpaksa memindahkan anaknya bersekolah di sekolah lain karena tidak mau ambil risiko.
Dikatakan dia, warga hanya bisa memberikan alas berupa bambu dan tidak bisa memperbaiki karena keterbatasan bahan dan biaya. Kepada pemerintah, warga bukan hanya meminta jembatan tersebut diperbaiki, tetapi meminta jembatan yang permanen supaya bisa dilalui kendaraan.
“Jembatan penghubung dua kecamatan ini sangat diperlukan apalagi dalam menopang potensi ekonomi masyarakat. Banyak petani kopi dan padi yang membutuhkan jembatan ini,” tambahnya. (Aris Mohamad F)***