SUMEDANG, (KAPOL).- Sejumlah warga di Jatinangor dan Cimanggung termasuk pengguna Jalan Bandung – Garut mengaku kesal menilai kawasan disana acap kali banjir.
Bahkan, warga pun sudah bosan mendengar komentar beberapa pejabat pemerintahan yang mengupas rencana dan solusi banjir disana.
Tak ayal, survei dan kunjungan beberapa pejabat terkait ke lokasi banjir pun hanya dianggap “Cuap-cuap” saja.
Dibenarkan, warga Desa Mangunarga Kec. Cimanggung, Yusi Rosita yang juga mengaku bosan mendengar komentar beberapa pejabat pemerintahan yang mengupas masalah banjir Cimanggung dan Jatinangor di media masa.
“Teras weh anu dibahas teh bakal aya rencana pamarentah pados teu banjir, kitu jeung kitu, tapi buktina mah mana?,” kata Yusi, kepada KAPOL, Jumat (10/11/2017).
Jujur saja, kata dia, banjir di Jatinangor dan Cimanggung termasuk Jalan Bandung – Garut, merupakan bencana yang seolah sudah terjadwal dan tak pernah selesai.
“Jika hujan, sudah pasti banjir pun mengikuti. Jika banjir, maka Jalan Bandung – Garut pun macet. Begitu dan begitu saja tiap tahun,” ujarnya.
Ia mengaku aneh, entah ada apa jika persoalan banjir disana seolah tak pernah ada solusi yang optimal.
“Melihat kondisi ini, diharapkan warga tetap sabar. Bade kumaha deui, nya narimakeun welah ayenamah, da percuma aya pejabat survei ka lokasi oge, lain solusi, tos bosen,” ujarnya.
Sementara, tokoh masyarakat Jatinangor, Ismet Suparmat ketika dimintai komentar soal banjir hanya mengatakan jika dirinya sudah malas berkomentar soal itu.
Alasannya, kata dia, meihat kondisi di Pemkab Sumedang seperti ini, dianggapnya sangat mustahil pemda fokus mengurai masalah banjir langganan itu.
“Anu katingalina, aya sababaraha pajabat pamarentahan di Sumedang nu leuwih serius ngurus persiapan rek nyalon Pilkada, nya kitu tea, sing sabar, wilujeng banjir weh lah,” ujar Ismet.
Padahal, kata dia, jika bencana yang terjadi berulang-ulang itu sudah masuk bencana yang semestinya persoalannya segera diurai.
“Fakta yang terjadi, ya begini lah, ada normalisasi sungai pun hanya “sapotong-sapotong”, ya percuma,” ucapnya.
Ketua Komunitas Jaga Lembur H. Dedi Supriatna mengatakan, banjir di kawasan Jatinangor dan Cimanggung, ditenggarai akibat adanya kesalahan sistem konstruksi drainase.
Bahkan, banjir pun terjadi akibat pengembangan kawasan hunian dan industri yang tampaknya kurang terkontrol.
“Pembuatan saluran drainase yang salah dan tidak teratur berpotensi banjir. Tampaknya, saluran air yang ada sudah tak mampu lagi menampung air dengan debit yang tinggi,” ucap tokoh masyarakat Cimanggung itu.
Imbasnya, air meluap dan menggenangi pemukiman yang juga masuk ke badan Jalan Bandung – Garut hinga membuat terjadinya kemacetan atus lalulintas.
Pengembangan wilayah itu, kata dia, harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase dan tidak cukup di lokasi yang dikembangkan saja.
Namun, ujar dia menambahkan, drainase daerah sekitarnya pun mesti ikut dibenahi agar sirkulasinya optimal.
Pembangunan perumahan, perkantoran, industri dan sebagainya, kata dia, harus mempertimbangkan aliran air hujan.
Pengembangan lahan biasanya diikuti penambahan lapisan kedap air yang berakibat pada peningkatan laju dan volume aliran permukaan.
Banjir terjadi akibat pengembangan lahan yang juga harus ada penambahan lapisan kedap air besar seperti pembangunan kolam penahan air yang tujuannya untuk mengontrol kenaikan aliran permukaan.
“Besarnya beban aliran air ke sungai pada musim hujan, acap kali menyebabkan banjir akibat luapan air,” tuturnya.
Dikatakan, perlu untuk melakukan suatu perencanaan pembenahan drainase yang selama ini belum tersentuh oleh pihak terkait di pemerintahan.
Peran serta masyarakat dilakukan melalui pendekatan partisipasif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat khususnya dalam pembangunan sistem drainase.
“Peraturan yang menjangkau perilaku masyarakat harus berjalan dengan baik dan konsekuen, agar bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memelihara sistem drainase,” ucapnya.
Hal itu, sebagai upaya dalam meningkatkan rasa memiliki dan meningkatkan kepeduliannya terhadap lingkungan.
Banjir bisa ditekan, kata dia, apabila kapasitas tampung drainase diperbesar.
Harus segera dibenahi, kata dia, karena setiap musim hujan acap kali hadir masalah banjir.
“Banjir, telah membuat warga jengkel dan resah dan itu menjadi catatan sebagai bencana langganan,” ujarnya.
(Azis Abdullah)***