Debit Air Waduk Jatigede Menyusut

SUMEDANG92 views

JATIGEDE, (KAPOL).- Kemarau, membuat permukaan air Waduk Jatigede surut drastis. Sejumlah aliran sungai yang mengalir ke waduk mengering.

Debit air sungai berkurang sehingg suplai air ke waduk berkurang.

Pantauan “KAPOL” surutnya permukaan air waduk mencapai kedalaman kurang lebih 8 meter. Air surut dari pesisir mencapai sekitar 80-100 meter.

Menurut para petani ikan, penyusutan air di waduk tersebut saat ini memang terlihat sangat drastis selama satu bulan ini. Surutnya muka air ini lebih dalam dari tahun lalu.

“Penyusutannya lebih cepat dari tahun kemarin,” ujar salah satu nelayan Jatigede, Agus Wahyudin saat ditemui di sekitar Waduk.

Digambarkan, setiap harinya air waduk terus menyusut sekitar 30 cm. Itu terlihat, saat warga nelayan mengikat rakitnya di sore hari, besok paginya tempat dimana rakit diikat sudah tak ada air.

“Setiap hari air di waduk terus turun, dan penurunannya itu sangat terlihat,”katanya

Akademisi Fisip Unpad yang juga mengamati Waduk Jatigede, Frof. Dr. Opan S.Suwartapradja, M.Si., menegaskan, penurunan muka air waduk,lebih disebabkan, karena debit air yang dikeluarkan dari pintu lintasan bendungan dan debit air yang masuk dari sungai tidak seimbang.
Pengeluaran air ke hilir bendungan lebih banyak daripada pemasukan air dari hulu ke waduk.

Dalam pandangannya, hal itu membuktikan, kalau kawasan hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk sebagai sungai utama pemasok debit air ke waduk sudah dalam kondisi kritis.

Kemungkinan besar, kata dia, hutannya sudah banyak yang gundul sehingga tidak bisa menyuplai aliran air dari hutan ke sungai, sehingga saat ini sungai gampang sekali kering di musim kemarau.

“Kalau saya pikir, pasti itu salah satu akibat dari gundulnya hutan di DAS, sehingga debit air sangat rendah pada musim kemarau,” katanya.

Ciri lainnya, sungai Cimanuk saat musim penghujan airnya itu mudah sekali keruh, meskipun hujannya hanya sedikit, itu berarti ada erosi di hulu yang terjadi pada saat hujan kecil turun, sedangkan kawasan hutan itu seharusnya tidak mudah terjadi erosi saat masih banyak terdapat akar yang menguatkan tanah di sekitarnya.

Sementara itu, surutnya permukaan air waduk dikeluhkan oleh para pencari ikan. Sebab tangkapan ikan menjadi berkurang.

“Surutnya air juga membuat para pemancing enggan datang. Ini berimbas pada kami pedagang di sisi pesisir yang mendapatkan uang dari melayani kebutuhan pemancing,” ujar Ujang Suyatna, pedagang di pesisir waduk di Pakualam. (Nanang Sutisna)***