SINGAPARNA, (KAPOL).-
Tatang Budi Rahman (66) dan istrinya Eti Maryati, warga Kampung Cintasari RT 04 RW 04 Desa Singaparna Kec. Singaparna Kab. Tasikmalaya ini hanya bisa tertidur di atas kursi.
Sejak tujuh tahun lalu, Tatang menderita sakit gula. Sedang istrinya, Eti menderita sakit asma dan darah tinggi. Ratna (24), anak kandung Tatang dan Eti mengatakan selama ini kedua orang tuanya hanya diobati alakadarnya saja. Faktor keterbatasan ekonomi jadi penyebab tidak bisa diberikannya pengobatan secara maksimal.
“Kalau ada yang ngasih uang, ya dibawa berobat. Itu juga paling ke puskesmas,” ujar Ratna, Senin (12/10/2015).
Bahkan tidak hanya itu, lantaran alasan keterbatasan ekonomi, Fitriyani, adik ratna harus putus sekolah. Seharusnya, kata Ratna, adik kandungnya itu duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Meski ada program sekolah gratis, tapi tetap sehari-hari harus ada biaya yang ia keluarkan untuk adiknya sekolah.
“Anak sekarang kalau tidak ada jajan tidak mau. Belum lagi untuk kebutuhan lainnya,” imbuh Ratna.
Ironisnya lagi, lokasi rumah keluarga Tatang ini tak jauh dari Pusat Pemerintahan Kab. Tasikmalaya di Singaparna. Hanya berjarak tak kurang dari satu kilometer. Namun demikian luput dari perhatian.
Bupati Tasikmalaya, H. Uu Ruzhanul Ulum juga baru mengetahui kondisi itu usai melakukan acara bedah rumah di kampung setempat. Ia dihampiri oleh Ratna dan sontak Ratna langsung bercerita tentang kondisi kesehatan kedua orangtuanya ke orang nomor satu di Kab. Tasikmalaya itu.
“Saya sudah perintahkan pihak puskesmas untuk memeriksa. Kalau memang perlu dirujuk ke rumah sakit akan kita rujuk. Semua biaya pengobatannya ditanggung oleh pemerintah,” ujar Uu.
Selain itu, kata Uu, ia juga sudah memerintahkan aparatnya di Kec. Singaparna agar kembali membujuk Fitriyani, adik kandung Ratna agar kembali bersekolah. (Imam Mudofar)
Komentar