Air Citanduy Surut

FAIZAL AMIRUDDIN/”KP”
DEBIT air sungai Citanduy kian menyusut menyusul datangnya musim kemarau.*

BANJAR, (KAPOL).-

Musim kemarau yang sudah berlangsung sekitar dua bulan mulai mengakibatkan debit air sungai Citanduy menyusut. Saat ini debit air di sungai itu hanya sebanyak 4 meter kubik per detik. Padahal sungai itu menjadi tumpuan pengairan bagi ribuan hektar sawah di wilayah Tasik, Ciamis, Banjar, Cilacap dan Pangandaran.

Pantauan di pintu air Doboku Kecamatan Pataruman Kota Banjar, debit air hanya cukup untuk mengairi ke saluran irigasi arah ke selatan. Air sungai tak mampu lagi turun melewati bendungan. “Sudah lebih 8 minggu tidak turun hujan, debit air Citanduy menurun drastis. Saat ini hanya tinggal 4 meter kubik perdetik, padahal rata-rata normal 164 meter kubik per detik,” kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy, Untung Budi Santoso, pekan lalu.

Dia mengungkapkan akibat debit air yang terus menyusut, tidak semua areal persawahan mendapat pasokan air. Dari sekira 6.000 hektar persawahan yang ada di wilayah selatan, hanya 4.000 hektar yang masih mendapat pasokan air. Akibatnya sekira 2.000 hektar terancam kekeringan.
“Dengan kondisi air seperti sekarang ini, air yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan air untuk persawahan. Persawahan yang lokasinya tidak jauh dari sungai yang di sekitarnya masih menyisakan air, masih bisa diselamatkan dengan cara memompa air tersebut,” tuturnya.

Untung Budi Santoso menambahkan terjadinya kerusakan lingkungan bagian hulu, mengakibatkan air Sungai Citanduy cepat susut. Hal itu disebabkan daerah tangkapan air di bagian hulu sungai, tidak lagi mampu menyimpan cadangan air dalam waktu lama. Kondisi itu juga dipengaruhi faktor alam berupa jenis tanah yang relatif kedap air.

“Eksploitasi di bagian hulu yang tidak memerhatikan kelestarian lingkungan ikut menyumbang cepat surutnya air Sungai Citanduy. Kondisi itu juga mengakibatkan mata air banyak yang cepat kering. Salah satu upaya mengantisipasi agar debit air masih tetap tinggi adalah terjaganya kelestarian lingkungan di bagian hulu sungai,” katanya.

Sebelumnya Wali Kota Banjar, Hj. Ade Uu Sukaesih mengungkapkan dampak kekeringan sudah mulai dirasakan masyarakat. Saat ini sekira 550 hektar persawahan tadah hujan terancam tidak bisa diselamatkan. Alasannya karena sudah tidak tersedia air untuk mengairi persawahan tadah hujan terseut. (Faizal Amiruddin)***

Komentar