CIHIDEUNG, (KAPOL).-
Kamis (19/10/2015) sore, sepanjang jalan Dr. Soekarjo mendadak meriah. Ribuan santri putra putri dari berbagai pondok pesantren di Kota Tasikmalaya tumplek blek di halaman depan gedung STAINU itu. Berbagai pernak pernik kian menambah semaraknya kirab hari santri nasional yang digagas oleh KBNU (Keluarga Besar Nahdlatul Ulama) Kota Tasikmalaya itu. Ada yang membawa spanduk bertuliskan asal pondok pesantren, bendera NU dan merah putih dan alunam suara drum band kian memeriahkan kirab tersebut.
Ketua GP Ansor Kota Tasikmalaya, Ricky Assegaf mengatakan kirab santri ini dalam rangka tasyakuran atas peringatan hari santri yang sudah berlangsung 22 Oktober 2015 lalu. Sebagai kota yang berjuluk Kota Santri, diresmikannya hari santri nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia tentu jadi angin segar bagi kaum santri yang ada di Kota Tasikmalaya pada khususnya.
“Secara resmi pengakuan atas eksistensi santri baru terjadi tahun ini. Meskipun sebetulnya eksistensi kaum santri sudah ada sebelum NKRI ini berdiri,” ujarnya.
Sebagai pelaku pendidikan non formal, imbuh Ricky, keberadaan kaum santri dan pondok pesantren kerap di pandang sebelah mata. Meskipun sejatinya pondok pesantren adalah lembaga pendidikan pertama yang ada di Indonesia.
“Jauh sebelum sekolah formal didirikan penjajah, pondok pesantren sudah ada. Contoh pesantren Kuro di Karawang yang merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Barat,” imbuh Ricky.
Dengan ditetapkannya 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, kata Ricky, paradigma tersebut akhirnya luluh lantah. Pemerintah mengakui secara resmi eksistensi santri dalam perjalanan bangsa ini. Tak heran sebagai luapan kegembiraan, kata Ricky, ribuan santri dari berbagai pondok pesantren di Kota Tasikmalaya menyambut dengan gegap gempita. Kirab hari santri ini dimulai dari depan halaman gedung STAINU Kota Tasikmalaya, bergerak ke arah Jalan KH. Zainal Mustofa, lalu ke jalan Tentara Pelajar dan kembali finish di delan gedung STAINU Kota Tasikmalaya. (Imam Mudofar)
Komentar