Bukit Bintang, Sekolah Alam Berbasis Pendidikan Inklusi

TAMANSARI, (KAPOL).- Tidak ada yang mengira jika di area perkebunan itu terdapat sekolah. Bangunannya tak sama seperti sekolahan pada umumnya. Hanya bangunan panggung berbahan kayu dengan dinding bilik bambu.

Lokasinya cukup jauh. Aksesnya pun terbilang sulit. Dari arah Padayungan, sampai di perempatan Pasar Gegernoong Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya belok kiri ke arah Kelurahan Tamansari. Butuh waktu sekitar 15 menit melewati jalanan terjal untuk sampai di Sekolah Alam Bukit Bintang.

Sekolah Alam Bukit Bintang ini lain dari sekolah pada umumnya. Sekolah yang terletak di Kelurahan Tamansari Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya ini sudah berdiri sejak 7 tahun lalu.

Sekolah ini hanya memiliki murid sekitar 30 orang dari berbagai usia. Satu kelas paling banyak hanya diisi oleh 6 orang dengan satu guru. Bangunan sederhana yang ada di sekeliling kebun itulah ruang kelas tempat murid-murid belajar.

“Mereka yang belajar di sini adalah anak-anak yang memiliki kelainan. Seperti disleksia, cerebal valsi, retradasi mental dan jenis-jenis kelainan lainnya,” kata salah seorang Guru di Sekolah Alam Bukit Bintang, Lala Kadarwati, Kamis (29/3/2018).

Lala menjelaskan pengelompokan kelas di Bukit Bintang ini tidak dibagi berdasarkan usia sebagaimana di sekolah-sekolah lainnya. Tapi dibagi sesuai dengan kemampuan si anak didik.

Mereka yang tingkat kemampuannya ada di kelas 3 SD misalnya, akan dikelompokkan dengan siswa lainnya yang memiliki kemampuan sama meskipun usianya sudah berada di atas kelas 3.

Karena Bukit Bintang ini menerapkan sistem pendidikan Inklusi. Jadi tidak bisa kita samakan dengan sekolah-sekolah pada umumnya,” kata Lala.

Pendidikan Inklusi, lanjut Lala, adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Cara belajarnya pun lain. Di ruang kelas ada berbagai jenis alat peraga belajar. Mulai dari yang berbentuk mainan, huruf dan angka, termasuk boneka.

Tidak hanya itu, waktu belajar pagi sampai sore dibagi menjadi dua materi. Pagi sampai siang materi kelas, siang sampai sore ada materi lapangan atau ekstra.

“Kita juga ada belajar memasak, belajar teknik bangunan, musik, pencak silat dan pelajaran-pelajaran lainnya,” kata Lala.

Meski secara kelembagaan Bukit Bintang ini lain dari sekolah pada umumnya, lanjut Lala, namun Sekolah Alam Bukit Bintang sudah melakukan pengindukan ke sekolah lain. Untuk tingkat SD, Bukit Bintang menginduk ke SD Negeri Setya Mulya 2 Tamansari sedangkan untuk SMP menginduk ke SMP Dawaul Munawar di Paseh.

Jadi ketika anak-anak ini lulus ijazah yang mereka terima itu dari sekolah induknya. Kalau SD berarti ijazahnya dari SD Negeri Setya Mulya 2 Tamansari. Seperti itu,” kata Lala.

Lala menambahkan Sekolah Alam Bukit Bintang memiliki mimpi agar anak-anak yang memiliki kelainan atau masalah belajar ini bisa mendapatkan akses pendidikan yang sudah semestinya mereka terima dengan sistem pendidikan yang lain, inklusi.

“Mereka tidak dipandang lagi sebagai anak-anak yang bodoh karena tidak bisa menerima pelajaran dengan baik lantaran cara belajar atau penyampaian yang salah,” kata Lala. (Imam Mudofar)***