SUMEDANG, (KAPOL).- Sekolah Tinggi Komputer (STKOM) Al Ma’soem dan Sekolah Tinggi Perbankan Syariah (STIBANK’S) Al Ma”soem berubh status menjadi Universitas Ma’soem.
Yayasan Pendidikan Al Ma’soem Bandung, menerima Surat Keputusan (SK) tentang Pendirian Universitas Ma’soem, Selasa (19/3/2019), di Aula Gedung Universitas Ma’soem Jalan Raya Cipacing Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor.
SK Pendirian Universitas Ma’soem itu langsung diserahkan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah IV Jawa Barat dan Banten Prof. DR. Uman Suherman AS, M.Pd., kepada Ketua Yayasan Pendidikan Al Ma’soem Bandung DR. Ir. H. Ceppy Nasahi Masoem, yang kemudian diserahkan kepada Rektor Universitas Ma’soem, Tonton Taufik Rahman.
Universitas Ma’soem itu ada tiga fakultas, yakni Fakuktas Pertanian, Informatika dan Pendidikan dan fakultas lainnya masih dalam proses.
Selain itu, ada lima program studi (prodi), yakni teknologi pangan, agribisnis, bimbingan konseling, bahasa Inggris dan sistem informatika.
Tahun ajaran ini, Universitas Ma’soem mulai menerima mahasiswa baru.
Ketua Yayasan Pendidikan Al Ma’soem Bandung DR. Ir. H. Ceppy Nasahi Masoem mengatakan, menerima SK Pendirian Universitas Ma’soem dari Uman Suherman merupakan sebuah kebanggaan.
“Hari ini sangat membahagiakan dan SK ini ditunggu kita bersama, setelah sebelumnya beberapa tahun mempersiapkan diri untuk mendapatkan perubahan status,” katanya.
Dikatakan Ceppy, kebiasaan di lingkungan lembaga pendidikan Al Ma’soem dilaksanakan secara bertahap.
Mulai dari pendirian akademi menjadi sekolah tinggi dan saat ini menjadi universitas.
Insya Allah Universitas Ma’soem ini lebih mengarah pada pembentukan wirausaha dan bermuatan agama.
“Insya allah setelah menerima SK Pendirian Universitas Ma’soem ini, kami merencanakan membangun pesantren mahasiswa,” ucapnya.
Menurutnya, pembangunan pesantren itu di antaranya untuk memfasilitasi mahasiswa asal luar daerah dengan biaya relatif murah.
“Mudah-mudahan apa yang kita rencanakan dan dilaksanakan ini mendapat rida Allah,” ujarnya.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah IV Jawa Barat dan Banten Prof. DR. Uman Suherman AS, M.Pd, mengatakan, penyerahkan SK Pendirian Universitas Ma’soem tersebut melalui sebuah proses yang cukup panjang.
“SK ini diturunkan, bukan simsalabim. Tentunya melalui proses. Ini sebuah penghargaan terhadap Yayasan Pendidikan Al Ma’soem,” katanya.
Sebelum SK diserahkan, kata Uman, pihaknya melihat rekam jejak lembaga pendidikan tersebut sebelum menjadi universitas dari sekolah tinggi.
“Kemudian kita juga melihat keseriusan perguruan tinggi ini menjadi univsersitas, namun setelah menerima SK universitas harus dibarengi dengan peningkatan pembangunan di kampus,” tuturnya.
Ia menilai, selama ini lembaga pendidikan Al Ma’soem ini belum tercatat memiliki masalah.
Nantinya, tidak cukup hanya universitas ini dibangun. Tetapi harus ada jaminan mutu lulusan, mutu dosen dan universitas ini harus memiliki unggulan.
“Untuk meningkatkan keunggulan Universitas Ma’soem, peningkatan kualitas dosen harus menjadi prioritas. SK ini bukan beban, tapi harus menjadi tantangan dalam meningkatkan keunggulan universitas. Kalau kita mau maju,” kata Uman.
Ia menilai di lingkungan Universitas Ma’soem tersebut memiliki keunggulan, khususnya dalam pendidikan dasar yang kuat, yaitu dengan adanya pesantren.
“Universitas ini dilahirkan berdasarkan standar pendidikan nasional,” tuturnya.
Untuk memberikan kepercayaan kepada masyarakat harus daya serap lulusannya bisa bekerja, kualitas perkuliahan.
“Ini akan menjadi bahan pembicaraan antara orangtua dengan anak. Duta promosi itu melalui kepuasan di mana mahasiswa itu kuliah, yaitu prinsip kuliahan yang bagus,” ujarnya.
Uman mengatakan, pemerintah pusat melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendididikan Tinggi RI tekah menaikkan hibah penelitian sebesar Rp 58 miliar, setelah sebelumnya Rp 50 miliar.
“Untuk pengajuan hibah penelitian itu, kini ada peningkatan pengajuan proposal mencapai 1.340 proposal, sebelumnya hanya 146 proposal. Yang mengajukan proposal untuk penelitian itu bisa mendapatkan bantuan sebesar Rp 20 juta, Rp 250 juta sampai Rp 500 juta per proposal. Sementara jumlah dosen seluruh Indonesia mencapai 27.000 orang,” katanya.
Mayoritas dosen peneliti itu merupakan dosen pemula, sebagai unggulan perguruan tinggi.
“Dosen peneliti pemula paling besar, mengingat sumber daya manusia terbesar di Indonesia,” ujarnya. (Azis Abdullah)***