4000 Produk Bambu Asal Situbeet Dikirim ke Negeri Jiran

EKBIS, LINIMASA88 views
Pegawai menaikkan produk bambu asal Situbeet Kec. Mangkubumi Kota Tasikmalaya ke dalam kontrainer untuk selanjutnya diekspor ke Malaysia, Selasa (10/11/2015).

TASIKMALAYA, (KAPOL)-.

Tantangan Pasar Tunggal ASEAN dan perlambatan ekonomi di tahun ini, tidak membuat pelaku IKM di Kota Tasikmalaya gentar. Malah perajin bambu Dedi Abdul Muis, sudah curi start terlebih dulu. Ia memanfaatkan kondisi ekonomi yang perlahan mulai pulih ini, dengan menyasar pasar luar negeri sebagai bidikan produknya.

Tak kurang dari 4000 buah produk bambu berupa hantaran berwarna emas, Selasa (10/11/2015) dikirim ke Kualalumpur Malaysia dari Situbeet Kec. Mangkubumi, Kota Tasikmalaya.

Menurut dia, ini bukan kali pertama pihaknya melakukan ekspor ke luar negeri. Negara seperti Dubai, Hongkong, dan Singapur, pernah juga diraupnya.

“Kalau ke Malaysia ini, dalam setahun memang ada dua kali pengiriman, untuk yang hari ini adalah pengiriman terakhir di tahun ini,” ujar Dedi yang ditemui di lokasi.

Semenjak tahun 2013 lalu, dia rutin mengirim ke negeri tetangga tersebut. Menurutnya, produk bambu tersebut akan dimanfaatkan perusahaan olahan teh tersebut sebagai packaging untuk dijual.

“Jadi, mereka itu jualnya serba teh, mulai dari teh madu, cokelat teh, teh dalam bentuk jadi, dan lainnya, yang ditaruh dalam bentuk parsel. Nah, tempatnya itu yang dari kami,” jelas dia.

Prosesnya ekspor tersebut juga langsung dilakukan Dedi seorang diri, tanpa bantuan pihak ketiga atau broker. Dia mengakui, di awal melakukan pengiriman keluar, dirinya masih dibantu jasa broker. Karena alasan masih belum cukupnya informasi dan pengetahuan untuk menjalankan rentetan proses. Namun, setelah sempat mendapatkan fasilitas sosialisasi dari salah satu pemerintah pusat, dia nekat untuk mengambil alih seluruh prosesnya.

“Alhamdulillah, kalau kita langsung, bisa lebih hemat cost dan lebih puas saja apalagi hubungan dengan buyer juga lebih terjaga,” ucapnya.

Yang penting kata dia, IKM harus lebih dulu memiliki akses pasar luar negeri untuk bisa melakukan ekspor seperti dirinya. “Kami juga awalnya ini karena sering diajak berbagai expo, kenalnya dari sana. Tapi memang exponya bukan lokal dan nasional, tapi di tingkatan mancanegara,” kata dia. Dari sanalah, peluang pasar yang lebih luas coba direngkuhnya.

Dedi juga mengatakan, jika kendala pelaku mikro enggan melakukan ekspor lantaran transaksi yang menggunakan bentuk cek dan giro. Tak menepisnya, dia mengakui hal tersebut.

“Di awal kami juga begitu, tapi sekarang sistemnya down payment atau DP untuk pengamananan, karena lebih enak dan mudah,” kata Ketua Kelompok Sentra Kerajinan Bambu ini.

Misalnya, dia meminta jumlah DP sebesar tiga puluh persen terlebih dahulu di awal. Kemudian, setelah produksi yang dibuat telah mencapai tujuh puluh persen, Dedi mengirimkan foto hasil pengerjaannya untuk diminta pelunasan lebih lanjut.

“Tergantung perjanjian dan permintaan kita besaran angkanya, yang jelas setelah kita kirim foto, mereka akan kirim lagi beberapa persen sisa pembayaran. Dan terakhir, nanti setelah tahapan seperti sekarang, sudah masuk peti kemas atau kontainer ini. Satu atau dua hari ke depan, baru seluruhnya dibayar full ketika barang masuk pelabuhan,” jelas Dedi.

Komentar