RAJAPOLAH, (KAPOL).- Seperti tahun-tahun sebelumnya, musim kemarau tak mempengaruhi para petani di Desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya.
Ya, meski kemarau berkepanjangan dan para petani di daerah lain mengeluhkan kesulitan air, namun petani di desa tersebut tetap masih bisa menggarap lahan pertanian sawahnya.
Pasalnya, para petani di Desa Manggungsari mampu memanfaatkan kincir air untuk mengairi area sawahnya.
Air didapat dari Sungai Citanduy yang melintas desa tersebut dengan cara ditarik menggunakan kincir air. Alhasil, lahan pertanian sawahnya masih bisa digarap meski di musim kemarau.
“Meski kemarau panjang, namun petani masih bisa menggarap sawahnya. Lihat saja, hamparan pesawahan masih tetap menghijau,” kata Odo (65) warga Kampung Sukasirna, Desa Manggungsari kepada “KAPOL”Jumat (6/9/2018).
Menurutnya, meski musim kemarau area pertanian masih tetap produktif, karena kemarau tidak menjadi halangan untuk menggarap sawahnya.
Petani disini menggunakan kincir untuk menaikan air dari Sungai Citanduy agar sawah tetap produksi.
Kincir dibuat secara gotong royong oleh para petani yang memiliki lahan, dengan bahan baku bambu. Hal ini membuat sekitar 10 hektar lahan sawah yang ada masih tetap terairi dan produktif meski di musim kemarau.
Artinya, lahan pertaniann sawah produktif atau bisa memanen sebanyak tiga kali dalam setahun.
Saat ini dirinya bersama petani lain akan mulai bercocok tanam, aehingga sedang membutuhkan air.
Namun demikian, kincir air yang terpasang baru sebanyak 8 unit. Kemungkinan jika hujan belum juga kunjung turun, kincir air akan bertambah untuk mengairi 10 hektar lahan sawah.
Untuk satu unit kuncir, diperkirakan mampu mengairi 300 sampai 500 tumbak. Sehingga masih banyak kincir air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air area pesawahan.
Adapun untuk pembuatan 1 unit kincir air, dibutuhkan biaya sekitat Rp 1,5 juta. Itupun pembuatannya dilakukan secara gotong royong, sehingga biaya yang dikeluarkan hanya untuk membeli bahan bakunya saja.
Produksi Semakin Meningkat
Dijelaskan Odo, dengan adanya kincir air bukan hanya mampu mengairi pertanian sawah disaat musim kemarau, namun meningkatkan produksi juga. Karena jika biasanya produksi padi dari satu hektar rata-rata hanya mampu sebanyak 5 ton, dengan pengairan menggunakan air hujan.
Namun dengan pengairan dari Sungai Citanduy yang ditarik menggunakan kincir air, produksi padi menjadi meningkat sekitar 7 ton per hektar atau menaik 2 ton dalam satu hektar.
Hal ini karena pengairan dari Sungai Citanduy lebih baik, dibandingkan dari air hujan.
“Setiap musim kemarau disaat petani lain kesulitan air, bahkan tidak mampu bertani. Sebaliknya kami di daerah sini produksi pertanian malah meningkat,” ungkapnya. (Ema Rohima)***