TASIKMALAYA, (KAPOL)-.
Pentingnya Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) masih banyak belum dipahami seluruhnya baik oleh siswa maupun guru. Padahal, melalui pengetahun itulah akan langsung berimbas pada kehidupan sehari-hari, terlebih dalam tanggungjawab dan pengelolaan sumber daya alam.
Untuk itu digelar, Prodi PKLH Paskasarjana Universitas Siliwangi, Kamis (12/11/2015) di Lantai 2 Gd. Rektorat melaksanakan seminar Nasional bertajuk Eksistensi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) mendukung profesionalisme guru dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Ketua Pelaksana Dr. Siti Fadjarajani MT mengatakan jika pihaknya ingin memberikan penguatan terhadap para guru melalui kegiatan tersebut. “PKLH ini bukan sekadar ilmu teoritis, karena dasarnya pun ada di lingkungan sekeliling kita. Terlebih, dengan dinamisnya penduduk dan lingkungan sekarang ini, yang tentu mesti diimbangi lewat pendidikan salah satunya,” tutur dia yang dijumpai di sela kegiatan.
Siti memandang, dengan memahami betul PKLH akan menimbulkan sikap lebih bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Selain juga, mampu menggerakan potensi yang ada untuk bisa dimanfaatkan hanya dengan catatan memperhatikan keseimbangan.
“Lebih jauh, PKLH ini akan menjadi akses pembangunan yang berkelanjutan, berbagai cara pengelolaan lingkungan yang sesuai dituangkan pendidikan. Hari ini kita lihat bersama, betapa sumber air mengering, gunung dipangkas karena nilai ekonomis, penambangan terus menerus di Tasela, bisa disebut ini salah satunya karena kurangnya pemahaman PKLH itu sendiri,” papar Wakil Dekan I FKIP Unsil tersebut.
Menurutnya, perubahan pun tak akan langsung terjadi seusai keluar dari ruangan tersebut, karena bersifat berkelanjutan dan jangka panjang. Namun, dengan penyelarasan pemahaman, dia mengharapkan hal demikian bisa diminimalisir.
“Banyak juga dari para guru, yang beranggapan jika studi satu ini tidak relevan dengan tempatnya mengajar. Padahal, yang harus linier itu ketika di strata satu, kalau paskasarjana itu bisa kemana saja tidak perlu linier dengan bidang sebelumnya,” jelasnya.
Studi PKLH sendiri, dikatakan Siti, sempat membludak di awal tahun 2007-2008. Sementara, sekarang tak dipungkiri adanya pengurangan. Hemat dia, guru kurang tertarik menempuh jurusan tersebut lantaran persepsi tersebut. “Mudah-mudahan, keluar dari acara ini, selain pemahaman yang sama, pentingnya PKLH ini juga diresapi bersama,” tuturnya.
Kadis Pendidikan Kab. Tasikmalaya EZ Alfian yang turut hadir menjadi pemateri ikut meluruskan hal tersebut. Dia bahkan, mengajak para guru untuk menelisik lebih jauh dengan menempuh studi lanjutan di PKLH ini.
Sedangkan, pemateri lainnya Prof. Chatarina Muryani ikut menegaskan jika PKLH adalah ilmu yang bersifat long time education. “Bukan hanya definisi, tapi lebih jauh dari itu PKLH menanamkan nilai etika inti,” tegasnya.
Dia mengatakan, indikator untuk PKLH bukan dilihat dari angka yang ada di rapor, namun bagaimana kesadaran sikap dan tindakan kritis terhadap lingkungan sekitar.
“Ketika kita punya kesadaran tersebut, maka studi PKLH ini pun berhasil,” ujarnya mendorong lebih dari dua ratus orang guru mulai dari SD, SMP, SMA dari berbagai daerah yang hadir dalam kegiatan pengembangan prodi tersebut. (Astri Puspitasari)***
Komentar