BUNGURSARI, (KAPOL).-Kantor Bank Indonesia Jawa Barat (BI Jabar) menyalurkan bibit cabai ke sejumlah daerah.
Tujuannya agar masyarakat umum menanam cabai sendiri guna mencegah inflasi karena tak terpenuhinya pasokan cabai dari petani.
Selama tahun 2014-2017, inflasi yang terjadi di Jawa Barat salah satunya bersumber dari komoditas hortikultura seperti komoditas bawang merah dan cabai rawit serta subkelompok sayuran.
“BI mulanya mempertimbangkan sejumlah komoditas penyumbang inflasi seperti beras, telur, cabai, daging. Tapi dari sejumlah komoditas itu, cabai dipilih karena lebih mudah penanamannya,” kata Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Sukarelawati Permana, usai melakukan audensi di ruang kerja Walikota Tasikmalaya, Kamis (30/8/2018).
Ia berharap masyarakat bisa berperan aktif dalam penanganan inflasi. Minimal dari upaya menanam cabai agar tak hanya bergantung dari pasar.
Pasokan suplai yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, hama, dan luas lahan pertanian menjadi salah satu penyebab peningkatan inflasi. Selain itu, permasalahan distribusi yang tidak merata juga turut memberikan andil terhadap tingginya tingkat volatilitas komoditas hortikultura dan sayuran.
“Bagaimana masyarakat bisa partisipasi penuhi kebutuhan sendiri tanpa bergantung dari pasar saja. Ya salah satu caranya ikut menanam cabai di rumah,” katanya.
Ia menyebutkan, ada tujuh daerah yang menerima bantuan bibit cabai yaitu Bogor, Sukabumi, Depok, Cirebon, Bandung, Bekasi dan Kota Tasikmalaya.
Masing-masing wilayah memperoleh seribu bibit demplot cabai merah. Nantinya BI dan Pemkot akan mengatur penyalurannya pada masyarakat supaya tepat dan efektif.
“BI dan Pemkot tentukan penyalurannya ke siapa, ada WUB, kelompok tani, silahkan didata,”ujarnya.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat juga menyampaikan mengenai perkembangan inflasi Provinsi Jawa Barat periode Juli 2018 yang tercatat sebesar 3,47% (yoy).
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya, Heru Saptaji menyampaikan, perkembangan inflasi Kota Tasikmalaya periode yang sama yaitu tercatat sebesar 3,44% (yoy).
Apabila dibandingkan dengan target inflasi nasional yang sebesar 3,5%±1, pencapaian inflasi Jawa Barat maupun Kota Tasikmalaya masih berada range target inflasi Nasional.
Namun demikian, berdasarkan tracking Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia bahwa inflasi periode Agustus 2018 di Jawa Barat (termasuk Kota Tasikmalaya) cenderung lebih rendah bila dibandingkan inflasi Juli 2018.
Jaga Ketahanan Pangan
Sementara Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman menilai program bantuan bibit merupakan bukti kerjasama antar lembaga dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Menurutnya, bantuan bibit ini akan berperan dalam menjaga ketahanan pangan.
“Inflasi 3,4 persen mudah-mudahan bisa ditekan menjadi 3 persen sampai akhir tahun. Walau hasilnya belum bisa dilihat langsung masyarakat, tapi kalau pertumbuhan ekonomi bagus inflasi rendah,”katanya.
Selain itu, pihaknya berkomitmen akan terus memantau stabilitas harga di pasaran. Sehingga bila ada komoditas yang merangkak naik harganya bisa dicari jalan keluarnya dan apa yang menjadi permasalahanya.
“Melakukan pengecekan harga sangat penting, terus apa yang menghambat. Apakah jalur distribusi, apakah pasokannya sehingga terjadi kenaikannharga,” ujarnya. (Erwin RW)***