TASIKMALAYA, (KAPOL).-Bicara soal koperasi memang tak ada habisnya. Ada saja masalah yang terus menarik untuk dibahas. Mulai dari masalah SDM hingga pengelolaannya yang terkesan asal-asalan dan tidak profesional.
Di Kota Tasikmaya jumlah koperasi mencapai 650. Namun koperasi yang sehat dan aktif di bawah 50 persen. Arti setengah dari jumlah koperasi itu tidak sehat.
Melihat kondisi itu, Dekopinda Kota Tasikmalaya merasa prihatin. Padahal koperasi memiliki peluang yang cukup bagus sebagai jembatan peningkatan ekonomi masyarakat jika dikelola dengan baik.
Namun karena minim SDM berkualitas, dan salah pengelolaan banyak koperasi yang bangkrut.
Melihat kenyataan itu,Dewan Koperasi Indonesia (Dekopinda) Kota Tasikmalaya tidak tinggal diam.Senin (1/102018) di Aula RM Baraya Sunda mengadakan Diklat Perkoperasian.
Dalam kegiatan tersebut menampilkan pemateri Dr. Mustika S. Purwanegara dari Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) ITB Bandung.
Kegiatan Diklat diikuti oleh 79 koperasi yang ada di Kota Tasikmalaya. Hadir dalam acara diklat tersebut, Ketua Umum Dekopinda Kota Tasikmalaya, Ir. H. Dede Sudrajat, MP, Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Wawan Hermawan, SE, MM, Wakil Bidang Diklat Dekopinwil, Ijang Jaelani, MP
Ketua Dekopinda Kota Tasikmalaya, Ir. H. Dede Sudrajat, MP mengatakan koperasi merupakan soko guru perekonomian Indonesia.
Namun kenyataannya banyak koperasi yang tidak maju, atau bahkan terpaksa ditutup. Hal itu terjadi karena minimnya SDM koperasi yang berkualitas.
Selain masalah SDM, juga minimnya generasi penerus penggerak koperasi dan lemahnya pemahaman perkoperasian di kalangan pelajar. Maka pernah melakukan pelatihan koperasi di kalangan pelajar.
Menyadari masih minimnya SDM tersebut Dekopinda bekerjasama dengan SBMITB mengadakan Diklat koperasi untuk anggota koperasi.
Dengan pelatihan ini kata Dede semoga ilmu yang diperoleh bisa bermanfaat dan menjadi energi untuk menggerakkan koperasi di Kota Tasikmalaya khususnya dan Jawa Barat umumnya.
“Saya ingin berbuat dan memberikan kontribusi yang terbaik untuk Dekopinda. Kami bersama pengurus telah berjuang agar koperasi di Kota Tasik eksis dan menjadi barometer pergerakan koperasi yang kompetitif,” ujar Dede.
Upaya untuk memajukan koperasi lainnya, pihaknya telah mengidentifikasi potensi-potensi ekonomi dan usaha di Kota Tasikmalaya yang bisa didorong agar memiliki nilai ekonomi yang bisa mensejahterakan masyarakat.
Wakil Ketua Bidang Diklat Dekopinwil Jabar, Ijang Jaelani, SP mengatakan Diklat di Kota Tasiknalaya ini merupakan diklat ke 18. Jadi ada 9 kabupaten yang belum melaksanakan diklat.
Diklat ini tujuannya untuk meningkatkan SDM dan memberikan pelatihan pada pengurus koperasi, bagaimana cara mengelola koperasi yang benar.
Ijang juga menambah dalam mengelola koperasi perlu kedisiplinan.”Mengingat pentingnya acara ini, kami minta semua peserta bisa mengikuti sanpai selesai,” ucap Ijang.
Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, Wawan Hermawan, SE MM mengatakan saat ini banyak koperasi yang bubar.
Penyebabnya ada beberapa hal di antaranya masih banyak perilaku nepotisme. Misal, ada orang yang tidak memiliki kualifikasi dalam bidang koperasi, namun karena tokoh masyarakat dan terpandang dijadikan pengurus.
Padahal harusnya pengurus koperasi selain amanh juga harus memiliki skill dalam bidang koperasi.Harapan ke depan koperasi bisa dikembangkan jadi sektor bisnis.
Berkembang
Melalui diklat koperasi bisa berkembang, sehingga Tasik bisa menjadi contoh se-pritim, Jabar atau nasional. “Koperasi kita harus maju, jangan sampai kalah dengan koperasi yang ada di Jateng, DIY dan Jawa Timur,” ucap Wawan.
Sementara itu, pemateri dari SBMIT Dr.Mustika S. Purwanegara menyebutkan kompetisi dalam bisnis termasuk koperasi makin ketat.
Jadi bagaimana caranya agar, bisa merebut pangsa pasar. Kalau tidak bisa akan ketinggalan. Sekarang bagaimana target mengejar pasar.
Kalau dalam koperasi bagaimana melayani anggotanya dengan baik. (M Romli)***